Ngomongin Nikah: Apakah Pernikahan Menjegal Setiap Aktivitas Perempuan?

by - 1:44 PM


Sebenarnya, gegara mau posting tulisan ini di instagram tapi kepanjangan. Akhirnya, yaa akhirnya! Saya menulis kembali di blog setelah bulan lalu nggak ngisi blog ini dengan tulisan, wkwk. Jadi, apa yang akan dibahas kali ini? Silakan simak dengan santai, jangan dulu nge-gas, sis.

Apakah pernikahan menjegal setiap aktivitas perempuan?


Pertanyaan ini terlintas dalam benak saya sesaat setelah mendengar alasan beberapa teman yang enggan diamanahi sebuah tugas untuk kebermanfaatan orang banyak, bahkan sampai beberapa dari mereka 'ngacir' dengan berbagai alasan.

Sejujurnya, ini jadi pertanyaan besar buat saya yang belum menikah. Pernikahan sebegitu menjegal aktivitas perempuan,  ya? Nikah serem dong,  ya,  bikin perempuan 'terpenjara' dalam rumah yang cuma ngurusin dapur dan kasur aja. 

Tapi,  di sisi lain, ada beberapa teman yang sudah menikah dan mereka bisa beraktivitas itu-ini dengan luar biasa. Bahkan sambil gendong, jinjing tas, sampai 'nungtun' dua-tiga anaknya dalam upaya mencari ilmu dan tetap bermanfaat bagi orang banyak.

Apakah ada yang salah dalam pernikahan? Entahlah, sejauh ini saya cuma 'sotoy' aja sambil nulis ini. Karena? Ya, saya mana tahu, orang saya belom nikah,  wkwk. 

Terus kenapa bahas ini, dong? Simpel aja, sih, karena ini bagian dari keresahan saya tentang pernikahan. Kalau para komika menyampaikan keresahannya melalui materi stand up comedy mereka. Maka saya menyampaikan keresahan saya lewat tulisan karena kalau disuruh stand up comedy mah itu bukan keahlian saya, ya. 

Jadi,  kalau opini saya... 


sumber: unsplash

🌷 Ada visi-misi dari suami-istri yang nggak sinkron. Atau yang lebih serem kalo ternyata selama tahunan menikah antara suami-istri ini nggak tahu/punya visi-misi pernikahan yang jelas. Sekadar beranak aja,  gitu? OMG! Saya kayaknya nggak mau deh punya pernikahan yang begitu. 

🌷Suami-istri nggak bisa atau nggak mengusahakan komunikasi secara terbuka sampai tanpa sadar terbentuk 'gap' yang cukup jauh antara keduanya. Akhirnya istri sungkan mengungkapkan apa yang jadi keresahannya kemudian suami engga peka dengan apa yang dirasakan si istri. Terbuka di sini tuh, keduanya bisa saling cerita tentang apa yang dirasakannya dari yang terpenting sampai yang ter-enggak penting.

🌷 Kepercayaan dari suami kepada istri belum sepenuhnya terjalin apalagi kalau tipe suaminya agak posesif. Beuuh, mungkin gerak langkah si istri bisa sangat terbatas banget. Ckck, saya sih ogah punya suami begitu. Saya lho ini mah, karena kayaknya ada aja perempuan yang pengen diposesif-in sama pasangannya.

Saya cukup yakin,  jika pernikahan bukan alasan mutlak yang menghalangi perempuan dalam beraktivitas di luar rumah. Begitupun, dengan keyakinan saya kalau pernikahan memang kehidupan paling kompleks yang terjadi pada manusia.

Jadi,  tulisan ini sama sekali bukan untuk menyudutkan perempuan yang sudah menikah. Saya cukup memahami bahwa setiap perempuan yang sudah/belum menikah pasti punya skala prioritas tentang kebermanfaatan dirinya bagi orang banyak. Bahasa lainnya, sebelum ke luar, kuatkan fondasi di dalam. Begitu mungkin, ya. 

Kemudian,  apakah pernikahanmu menjegal setiap aktivitas yang ingin/bisa kamu lakukan? Sila tanyakan pada dirimu dan pasanganmu.


P.S: 
Lewat tulisan ini saya makin paham bahwa ada yang seharusnya lebih dipikirkan daripada pertanyaan kapan nikah, yaitu bagaimana merancang hidup bersama pasangan (yang tepat) setelah menikah. Jadi, milih pasangan nggak bisa ngasal memang. Sungguh, kehidupan ini kompleks sekali.

You May Also Like

1 komentar

  1. Saya justru produktif dan bener2 jadi diri sendiri setelah nikah, Mb wkwkk

    ReplyDelete

©