#Cerpen : Bunga di Ladang

by - 8:54 AM




Orang-orang itu datang dan pergi. Datang, sempat singgah kemudian pergi lagi. Begitu seterusnya. Aku tidak pernah tahu mengapa orang-orang itu demikian. Tampaknya bukan wilayahku untuk bertanya hal itu. Aku baru menyadari bahwa tidak ada yang dapat membangkitkan apa yang telah mati.

 Berbagai jenis bibit bunga sempat ditanam, namun hasilnya selalu sama. Bunga itu mati  sebelum tumbuh. Meski telah dipupuk dan disirami setiap hari. Aah, mungkinkah tempat bunga tersebut ditanam sudah tak subur lagi?

Begitupun dengan bibit bunga yang dibawa orang-orang itu. Mereka hanya menaruh saja, tanpa pernah mencoba untuk memberikan pupuk ataupun menyiramnya. Aku hanya pemilik ladang yang bisa menjaga bunga ketika mulai tumbuh. Untuk tumbuh dan berkembang menjadi indah adalah tugas mereka. Orang-orang itu tidak petnah tahu bahwa bunganya telah mati dengan sendirinya.

Terkecuali orang itu. Dia datang bukan untuk menanam. Dia hanya sekedar lewat sambil sesekali menyiram ladangku walau tak secara langsung. Mungkin dia iba dengan keadaan ladangku yang kering serta gersang. Ladangku memang malang. Orang itu sempat membuatku bersimpati dan ingin berterimakasih. 

Namun ternyata … dia sama saja dengan orang-orang sebelumnya. Tidak ada yang sungguh-sungguh untuk merawat bunga di ladang. Yaah, ladang memang bukan tempat yang layak untuk bunga. Tidak ada yang sungguh-sungguh ingin menanam bunga disana. Apakah bunga cantik hanya pantas ada dalam pot mewah?

“ Ladangku, bersabarlah … suatu hari nanti akan ada orang yang sungguh-sungguh merawat bunga ditanahmu. “  bisikku enggan beralih mentapnya.

Perlahan, air langit mulai menetes dan merembes sampai ke dasar tanah. Tidak ada yang benar-benar tahu sejauh apa dasar tanah yang ada di ladangku. Sama halnya dengan tidak ada yang benar-benar tahu tentang kehadiran orang itu suatu hari nanti ….

*kosan, 261212
pasca uas statistik



You May Also Like

0 komentar

©