#Ngajar : So, How You Look So Worried?

by - 2:55 AM



Asslamu’alaikum. *Uhuk* Mendadak saya merasa bimbang *Hehe, perasaan idup saya bimbang mulu ya?!*. No, it’s not about lovelife, saya engga terlalu memikirkan itu sekarang yang lebih penting buat saya saat ini adalah pekerjaan dan karir. *Eits, klise banget yaa.. ini nih galau galaunya orang dewasa muda. Cieeh*

Saya kembali mengajukan sebuah lamaran ke salah satu lembaga pendidikan. Ini entah keberapa kalinya saya mengajukan lamaran pasca sidang skripsi dan wisuda. Kali ini, saya memilih sebuah lembaga pendidikan. Bener-bener aneh kan? Jelas-jelas saya bukan sarjana pendidikan tapi malah ngelamar ke lembaga pendidikan. Jadi guru pulaaa. Haha.

Awalnya, saya memang engga terlalu tertarik. Berhubung diajakin sama Naqi dan Peri juga ikut, jadilah saya pun ikut-ikutan. Tapi bukan sekedar ikut-ikutan sih. Ada satu hal yang menarik ketika saya bertemu dan berdiskusi dengan pengurus sekolah ini. Mereka punya konsep : ANTI-MAINSTREAM.

Ketika kebanyakan sekolah meminta anak-anaknya duduk rapi, tenang dan penuh perhatian. Disini justru sebaliknya, anak dibiarkan bereksplorasi dan berimajinasi sesukanya. Anak dibuat cinta dengan segala aktifitas yang dilakukannya di sekolah. Tidak hanya anak-anak normal saja, anak-anak istimewa pun belajar dan bermain bersama. Aah, benar-benar sekolah anti-mainsteam. Hahaha.

Tertantang? Jelas! Sekaligus merasa bimbang. Inikah jalan lain yang harus saya pilih dengan menjadi seorang guru? Ketika kebanyakan teman-teman saya memilih untuk menjadi jurnalis, orang-orang kantoran dan mereka sukses bersama perusahaan besar tempat mereka bernaung. Ah, sebenarnya apa sih yang saya cari?

Obsesi dan Bermanfaat
Sejak Sekolah Dasar saya punya cita-cita yang bisa dibilang mainstream-lah yaa.. Saya pengen jadi dokter. Menginjak SMP, saya mulai tertarik dengan  ilmu pengetahuan alam *engga termasuk Fisika, Haha* dari sana saya mulai punya cita-cita baru. Saya pengen jadi scientist. Sayangnya, impian menjadi dokter dan scientist harus musnah ketika saya berada di bangku SMA. Yaap, saya masuk ke SMA dengan jurusan yang bukan IPA *karena engga ada jurusan IPA-nya* dan akibatnya saya harus melepas hal-hal yang berbau IPA. Gara-gara masuk SMA ini, saya berkenalan dengan satu pelajaran muatan lokal yang bernama Jurnalistik. Saya exiting banget dengan pelajaran ini, sampai akhirnya saya memutuskan untuk kuliah di jurusan Jurnalistik. Dari sanalah saya punya obsesi lain menjadi Penulis. 

Hei, menjadi penulis bukan berarti harus jadi jurnalis bukan? Yap, karena setiap penulis itu bukan jurnalis dan tidak setiap jurnalis pun seorang penulis. *Nah, loo… ngomong apa sih gue? Haha*. Iya, saya ini tipe-tipe manusia aneh yang memilih jalan tidak biasa *baca: Aneh* buat masa depan saya. Ceritanya pengen jadi penulis, tapi lanjutin project novel aja malesnya minta ampun. *Huft, apa karena ga ada yang baca kali ya? Ayoo dong jadi pembaca saya. Peliiiiss, Haha*. Begitupun buat ngisi blog, kalo lagi mood aja nulis dan menuhin blog. Kalo lagi #mager #badmood, musnahlah hasrat menulis seketika.

Mungkin sih, next postingan bakal saya share juga project novel ini. Sambil diliat kira-kira ada yang tertarik ga yaa, sama tulisan saya… *ngarep bingits*. Biasanya sih kalo udah ada pembaca setia, saya suka tergugah untuk nulis lagi. Sekarang bener-bener stuck, yang planning-nya pengen selesai akhir bulan ini, hanya tinggal rencanaa. Aaaah~~~~

Saya berdoanya, semoga jalan yang saya pilih adalah yang terbaik. Obsesi jadi penulis, merangkap guru di daerah saya. Jika ditanya finansial, tentu tidak dapat disandingkan dengan teman-teman saya yang saat ini sudah ada di perusahaan bonafit. Kalo lagi gini, saya jadi tergugah buat merenung kembali … Sebenernya buat apa sih kita hidup di dunia ini? *Krik. Krik. Saya pamit dulu yaa.. Hihi*

-Di pagi yang masih mendung, 191214-

You May Also Like

0 komentar

©