Candu Si Kopi

by - 9:26 PM

Ah, entah kenapa malam ini saya kembali melanggar pantangan.. Kopi! Minuman paling nikmat segajat raya itu seolah kembali menggoda dan -akhirnya- menjerumuskan saya untuk kembali mencicipi rasa manis dan pahitnya.

Jelas ini semacam candu. Seperti pasangan kekasih yang telah lama tak bersua. Begitupun dengan saya dan kopi. Lama, saya tobat untuk tidak lagi mencicipi nikmatnya. Namun saya salah, rindu membuat saya -akhirnya- harus melanggar pantangan. Candu membuat segala larangan hanya berlalu tanpa arti.

Padahal saya tahu, beberapa menit atau jam setelah segelas kopi melewati tenggorokan saya, lambung saya akan berteriak minta tolong. Dan pada akhirnya saya cuma bisa mengandalkan obat gosok atau obat maag untuk meredakan nyerinya.

Tapi seperti itulah candu. Cinta yang amat menggebu, bagian rindu yang tak mampu terbendung. Saya hanya perlu memilih untuk tetap menikmatinya atau memproteksi diri saya agar tidak terluka. Keduanya beresiko tentu saja. Sayangnya, saya termasuk dari jajaran manusia yang rentan dalam memutuskan. Mungkin lebih tepatnya, bimbang. Saya ingin tetap menikmati kopi itu, namun tidak ingin sakit setelahnya.

Kemudian, tahukah kamu apa yang saya pilih? Ya, pada akhirnya saya tetap menikmati si pahit bernama kopi, sambil berharap bahwa malam ini saya tidak akan merasa sakit.

-Ketika pekerjaan saling berkejaran dengan waktu, 290615

You May Also Like

0 komentar

©