Hallo, Kak Dee …
Suatu
hari, saat acara kumpul-kumpul bersama teman kampus di salah satu rumah kost-an
mereka. Iseng-iseng saya menggeledah rak buku salah seorang teman saya itu (saya
punya ketertarikan yang luar biasa jika melihat rak buku dengan deretan buku
yang tersusun rapi), diantara sekian banyak buku yang ada di raknya, tiba-tiba
saya menemukan sebuah buku tipis yang sudah kucel, kumel bahkan bagian covernya
sudah agak memudar. Saya rasa itu buku jadul,
apalagi dengan kualitas kertasnya yang sejenis kertas ujian zaman saya SD. Judul bukunya
masih bisa terbaca, disana tertera tulisan : SUPERNOVA. Saya terdiam sejenak
merenungkan tulisan itu, sepertinya saya pernah tahu tentang buku yang berjudul
Supernova. Saya lihat penulisnya : Dee (Dewi Lestari). Dan yaaii ! ini buku yang ingin saya baca sejak buku dirilis 2001 silam.
Saya
tidak membiarkan sedetik pun berlalu sejak ditemukannya buku ajaib ini. Yaa,
saking ajaibnya saya sampai dibuat linglung hingga harus dibaca berulang kali
untuk memahaminya. Terutama ketika tokoh Ruben-Dimas mulai berdebat dengan
teori-teori ilmiah mereka. Wow, Kak Dee memang luar biasa. Saya berdecak kagum
dengan pengetahuan yang tertanam dalam otaknya. Bagaimana tidak, melihat
profilnya yang seorang penyanyi dan lulusan Hubungan Internasional rasanya
tidak mungkin mengemukakan teori ilmiah seperti chaos theory bahkan teori-teori yang berbau fisika atau sains lainya.
Namun, disanalah letak kejeniusan serta kelihaian Kak Dee dalam mengolah
teori-teori sains hingga selaras serta seirama dengan alur fiksi yang
dibuatnya.
Dan
Kak Dee .. sejak membaca Supernova saya benar-benar terpikat dengan hasil karyamu.
Meskipun saya hanya sebatas numpang baca di toko-toko buku dekat kampus ataupun
merengek pada teman yang memiliki karyamu. Apalagi sejak hadirnya novel Perahu Kertas
dan Filosofi Kopi, rasa penasaran saya semakin memuncak untuk segera melahap
filosofi-filosofi yang tertuang dalam karya terbaru Kak Dee. Karena saya
termasuk mahasiswa yang serba pas-pas-an, untuk membeli sebuah buku perlu
menyisihkan uang bulanan dari orangtua. Alhasil, baru setelah tiga-empat bulan
kemudian hasrat untuk membeli buku bisa tercapai. Oleh karena itu, ajang menulis
“Surat Untuk Dewi ‘Dee’
Lestari” seolah membuka pintu harapan untuk memiliki coretan tangan Kak
Dee !
Pesona Supernova menjadikan Kak
Dee sebagai penulis Indonesia yang saya idolakan. Kelak, suatu hari nanti saya
ingin menjadi penulis yang berkharisma nan intelektual seperti Dewi ‘Dee’
Lestari. Kak Dee, teruslah berpijar seperti fluoresen[1] walaupun dengan sedikit energi namun mampu bertahan
sangat lama.
Dari :Bintu Najmi (Agina Puspanurani)
Untuk :Mizan.com
0 komentar