#Cerpen : Kenangan dari Bulan Oktober

by - 2:31 PM



Malam itu adalah 30 Oktober 2009, saat kami berjalan bersama ditengah gerimis dan hiruk pikuk jalanan. Seperti biasanya, pria bersandal jepit itu mengantarku sampai halte tempatku biasa naik bis. Rinai air langit menyambut kedatangan kami di halte itu. Tanpa menunggu isyaratnya aku segera naik bis yang akan membawaku menuju rumah. Tapi dia menahanku. Dia menjadi orang yang sangat pendiam malam itu.

          “Aku pulang ..” ujarku sebagai tanda perpisahan. Dia menundukkan kepalanya yang tersembunyi dalam pekat malam.

         Dia tiba-tiba mendekat ke dekat telingaku dan membisikkan sesuatu “Aku sayang kamu ..” sambil menyerahkan boneka katak berwarna hijau.

        Aku tersipu kemudian tersenyum ke arahnya. Tanpa banyak kata, aku segera naik bis dengan katak hijau memberiannya. Dia masih berdiri di halte menunggu bisku berangkat baru setelah itu dia pulang menuju rumahnya. Pria unik itu memang memiliki kebiasaan aneh. Padahal malam ini sangat dingin. Dia bilang, dia ingin memastikan bahwa aku baik-baik saja.

        Suatu hari aku pernah bertanya padanya, “Kenapa memberiku boneka katak, jelas-jelas aku tidak suka katak”. Dengan acuh, dia hanya menjawab bahwa memberikan benda yang tidak disukai akan selalu diingat oleh penerimanya. Aku mulai mengerti sekarang, itu sebabnya dia tidak pernah memberiku setangkai mawar, batangan cokelat bahkan sebuah teddy bear dengan ukuran jumbo. Dia memang pria unik dengan sejuta misteri.

        Aku harus lebih banyak bersyukur dalam hidup bukan mengeluh. Bersyukur karena Tuhan telah memberikan kehidupan pada kita. Tuhan senantiasa memeluk hamba-Nya yang selalu bersyukur. Seburuk apapun kenyataan yang sedang kita terima saat ini. Katanya, dengan bersyukur kita akan merasa cukup atas anugerah Tuhan. Dia selalu mengajarkan makna kehidupan padaku. Dia memang pria unik yang bijaksana.

Meskipun hanya sesekali dia mengucapkan “Aku sayang kamu”, aku sungguh merasakan kasih sayangnya yang begitu besar. Bahkan ketika keadaan mengharuskan kami untuk berpisah. Dia masih saja mengkhawatirkanku, walaupun kami tidak pernah berkomunikasi lagi. Dia tidak pernah absen untuk sekadar memberikan ucapan “Selamat menikmati tahun lahir .. Aku selalu mendoakanmu” di hari ulang tahunku. Dia sungguh pria unik penuh kasih sayang.

Kini, aku mengerti bahwa cinta bukan hanya sebuah ikatan antara seorang pria dan wanita. Kehadirannya justru lebih agung dari sebuah ikatan. Cinta yang bisa ku terjemahkan darinya adalah kesediaan untuk selalu memberi tanpa menuntut balas. Karena tanpa sebuah ikatan pun aku masih merasakan kasih sayangnya yang luar biasa. 

Cintanya selalu mengalir deras melalui petuah hidup yang pernah dibaginya bersamaku. Aku tidak pernah merasa terpisah dengannya. Dia senatiasa hidup dalam setiap langkah yang ku pilih. Inilah the great love because we belong to each other, seperti yang pernah dikatakannya sebelum kami memilih ruas jalan yang berbeda. Aku sayang kamu, pria unikku.



You May Also Like

0 komentar

©