#Cerpen : Kenangan dari Bulan Oktober
Malam
itu adalah 30 Oktober 2009, saat kami berjalan bersama ditengah gerimis dan
hiruk pikuk jalanan. Seperti biasanya, pria bersandal jepit itu mengantarku
sampai halte tempatku biasa naik bis. Rinai air langit menyambut kedatangan
kami di halte itu. Tanpa menunggu isyaratnya aku segera naik bis yang akan
membawaku menuju rumah. Tapi dia menahanku. Dia menjadi orang yang sangat
pendiam malam itu.
“Aku
pulang ..” ujarku sebagai tanda perpisahan. Dia menundukkan kepalanya yang
tersembunyi dalam pekat malam.
Dia
tiba-tiba mendekat ke dekat telingaku dan membisikkan sesuatu “Aku sayang kamu
..” sambil menyerahkan boneka katak berwarna hijau.
Aku
tersipu kemudian tersenyum ke arahnya. Tanpa banyak kata, aku segera naik bis
dengan katak hijau memberiannya. Dia masih berdiri di halte menunggu bisku
berangkat baru setelah itu dia pulang menuju rumahnya. Pria unik itu memang
memiliki kebiasaan aneh. Padahal malam ini sangat dingin. Dia bilang, dia ingin
memastikan bahwa aku baik-baik saja.
Suatu
hari aku pernah bertanya padanya, “Kenapa memberiku boneka katak, jelas-jelas
aku tidak suka katak”. Dengan acuh, dia hanya menjawab bahwa memberikan benda
yang tidak disukai akan selalu diingat oleh penerimanya. Aku mulai mengerti
sekarang, itu sebabnya dia tidak pernah memberiku setangkai mawar, batangan
cokelat bahkan sebuah teddy bear
dengan ukuran jumbo. Dia memang pria unik dengan sejuta misteri.
Aku
harus lebih banyak bersyukur dalam hidup bukan mengeluh. Bersyukur karena Tuhan
telah memberikan kehidupan pada kita. Tuhan senantiasa memeluk hamba-Nya yang
selalu bersyukur. Seburuk apapun kenyataan yang sedang kita terima saat ini.
Katanya, dengan bersyukur kita akan merasa cukup atas anugerah Tuhan. Dia
selalu mengajarkan makna kehidupan padaku. Dia memang pria unik yang bijaksana.
Meskipun
hanya sesekali dia mengucapkan “Aku sayang kamu”, aku sungguh merasakan kasih
sayangnya yang begitu besar. Bahkan ketika keadaan mengharuskan kami untuk
berpisah. Dia masih saja mengkhawatirkanku, walaupun kami tidak pernah
berkomunikasi lagi. Dia tidak pernah absen untuk sekadar memberikan ucapan “Selamat
menikmati tahun lahir .. Aku selalu mendoakanmu” di hari ulang tahunku. Dia
sungguh pria unik penuh kasih sayang.
Kini,
aku mengerti bahwa cinta bukan hanya sebuah ikatan antara seorang pria dan
wanita. Kehadirannya justru lebih agung dari sebuah ikatan. Cinta yang bisa ku terjemahkan
darinya adalah kesediaan untuk selalu memberi tanpa menuntut balas. Karena
tanpa sebuah ikatan pun aku masih merasakan kasih sayangnya yang luar biasa.
Cintanya selalu mengalir deras melalui petuah hidup yang pernah dibaginya
bersamaku. Aku tidak pernah merasa terpisah dengannya. Dia senatiasa hidup
dalam setiap langkah yang ku pilih. Inilah the
great love because we belong to
each other, seperti
yang pernah dikatakannya sebelum kami memilih ruas jalan yang berbeda. Aku
sayang kamu, pria unikku.
0 komentar