Menyadari bahwa apapun yang
kita lakukan tidak akan mengubah keadaan adalah hal yang menyakitkan. Iya,
karena meskipun kita telah sangat berusaha ataupun tidak sama sekali,
keadaannya akan tetap sama. Tidak ada yang akan berubah.
Jawabannya akan tetap sama.
Jadi, mungkin apa yang sahabat saya bilang tentang pilihannya ada benarnya :
“Apa yang
kamu anggap stagnan saya anggap jalan keluar atas apa yang saya rasakan
terhadapnya ...”
Aah,
sahabat saya yang satu ini juga sama. Kisahnya hampir sama dengan saya. Begitulah,
ceritanya... kami berbagi kisah menyakitkan ini. Dan dia sepenuhnya akan
mendukung saya apapun keputusan yang saya buat.
Ada terlalu banyak rasa takut
dan ragu yang berkecamuk. Yang membuat saya hanya bisa stagnan dan menunggu.
Yang membuat saya seolah merasa terombang ambing, jatuh-bangun bahkan jungkir
balik seperti naik coaster. Sampai
saya tersadar, bahwa saya telah terseret arus yang amat deras dan saya hanya
bisa bertahan untuk tetap hidup.
Namun, haruskah saya bertahan
lebih lama lagi? Sampai saya benar-benar mati? Ataukah menyambut pertolongan
yang datang untuk menyelamatkan saya? Haruskah saya memilih bertahan untuk
seseorang yang justru tidak pernah ingin peduli dengan apa yang saya lakukan?
Ayolah, apapun yang saya
lakukan tidak akan mengubah keadaan bukan? Iya, tidak akan pernah mengubah
keadaan dia yang membisu seribu bahasa. Dia yang bersandiwara seolah semuanya
baik-baik saja. Dia yang tidak pernah peduli tentang rasa, hati dan keadaan
yang saya rasakan.
Dan, kalimat terakhir dari sahabat
ini cukup membuat saya kembali berpikir dan terus berpikir. Bukankah sudah
jelas sampai detik ini siapa yang telah berusaha cukup jauh? Haruskah saya pun berhenti,
Phi?
“Jika
keduanya saling suka, maka keduanya akan saling berusaha. Namun jika hanya kamu
yang berusaha, berarti hanya kamu yang suka”
*Cibiru-Banjaran, 110114
0 komentar