#EdisiTraveling: Menuju Puncak Mega 2222 Mdpl [Part 2]
Sekilas dari #EdisiTraveling: Menuju Puncak Mega 2222 Mdpl [Part 1] :Waktu yang saya nantikan akhirnya tiba. Hari kedua dari bulan Januari ke 2015 ini, saya buka dengan pendakian ke Puncak Mega punyanya Gunung Puntang. Lokasi pegunungannya engga terlalu jauh dari rumah saya. Berhubung belum pernah ke puncaknya, dan ada orang-orang yang siap jadi guide-nya, akhirnya saya memutuskan untuk ikut pendakian ini.
Saya ngerasa bersalah,
sama keenam orang ini. Gara-gara pergerakan saya yang lambat, dan banyak
istirahat estimasi waktu yang diperkirakan jadi molor banget. Normalnya
perjalanan dari PGPI ke puncak itu 4-5 jam. Tapi rombongan kami sampai di Pos 2
sekitar 6 jam. Selama perjalanan, saya engga bilang pengen istirahat sih. Tapi
mereka semua sangat mengerti, apalagi Peri yang jadi leader keliatan banget prihatin sama saya-nya. Haha.
Kami sampai di Pos 2
pukul 22:00, melihat anggota rombongan yang udah cape, Peri dan Ubi memutuskan
untuk nge-camp di pos ini. Selain
kami, sudah ada satu rombongan yang bikin tenda disana. Saat yang lain
bikin-bikin tenda, saya cuma bertugas nyenterin mereka *Yaelaah, giin… giin*
kalo bareng mereka mah, saya tuh kaya anak bawang. Cuma bawa barang-barang sendiri
udah aja, engga diminta bawa air berliter-liter dan makanan kebutuhan kelompok.
Setelah tenda berdiri,
kami berbenah dengan menggelar matras dan sleeping
bag. Engga lupa sholat, makan, minum kopi, dan ngemil sebelum tidur *Hihi*.
Setelah dapet lapak buat tiduran, bukannya tiduur eeh… kami malah ngegosip dan
cerita ngalor-ngidul sampe curhat juga. Ubi yang saat itu belum tidur, ikutan
nimbrung juga. Sementara Peri sudah terlelap duluan, mungkin dia lelaaah… Haha. Saya ga tau sesi ngobrol ini berlangsung
sampai jam berapa, tiba-tiba kami udah terlelap aja dan hening.
Saya ke bangun lagi
gara-gara angin gede, saya khawatir sama adik saya dan teman-temannya diluar
sana. Masalahnya, mereka yang tadinya mau bawa tenda mendadak cuma beli terpal
(sejenis matras dari plastik) dan cuma bawa satu sleeping bag. Akhirnya kami berbagi sleeping bag, mereka bertiga masing-masing pake satu sleeping bag, sementara kami yang di
tenda pake dua sleeping bag.
Pagi
menuju siang, 3 Januari 2015
Hangatnya mentari
enggan menyapa kami dari atas sini. Dengan langit yang gelap tertutup kabut,
kami tetap bangun. Sarapan, minum-minum kopi, ngemil dan siap-siap jalan
kembali ke Puncak Mega. Ketika kami bangun, sudah ada satu tenda lagi yang
berdiri tidak jauh dari tenda kami. Sepertinya hari ini akan lebih banyak lagi
yang menuju Puncak Mega.
Anak-anak (adik saya,
Uloh dan Akmal) semangat sekali dan sudah siap sejak pagi hari. Hanya kami
berempat yang rasanya malas beranjak dari tenda, setelah makan kami malah
tiduran lagi di tenda. Naqi sudah mendeklarasikan diri untuk tidak ikut muncak,
selain karena males, saat itu sudah mulai gerimis dan jalanan juga agak licin.
Saya pun ikut nemenin Naqi, sementara kelima lelaki itu muncak.
Pemandangan berkabut pukul 07.00 WIB |
Jarak dari Pos 2 ke
Puncak Mega sekitar 15-20 menit. Jadi ditengah gerimis-gerimis manja itu mereka
berangkat menuju puncak. Sebenernya sayang juga sih engga ikutan muncak, tapi
yah, sleeping bag jauh lebih
menggoda. Haha. Saya sama Naqi asik poto-poto dalem tenda, sementara mereka
muncak. Kami memilih untuk ada di dalem tenda aja, bobo-bobo cantiik.. dan
kembali melanjutkan obrolan tadi malam *Nggaak beneer, Hahaha*.
Jalanan ke puncak kaya gini nih. Licin banget ciin. |
Sedikit lagi menuju puncak. Keren begini kan kabut-kabutnya. |
Puncak Mega 2222 Mdpl |
Sekembalinya dari
puncak, mendadak suasana hujaan ! Maka kami bertujuh segera masuk ke dalam
tenda. Kebayangkan kami harus berbagi tempat empat orang untuk tujuh orang.
Haha. Tapi asiklah… kami kembali makan dengan menghabiskan seluruh perbekalan.
Supaya engga beraat dibawa turun ciin… :p. Oh yaa… dan tidak lupa kami pun
tidak lupa melakukan ritual bermain ludo *berhubung ular tangganya ga ada*.
Aah, meskipun sedikit
gerimis kami harus segera berkemas untuk kembali pulang. Rasanya malas memang,
pengennya langsung *triiiing!* ada dibawah ! Tapi ga mungkin juga kan.. Antara
pukul 11:00-12:00 kami berkemas dan mulai turun gunung. Tahu ga? Selama
perjalanan meskipun agak gerimis, jalanan licin, naik-turun… Ada satu hal yang
engga bisa terbayar oleh apapun : menyaksikan lukisan Tuhan dari ketinggian
2000 mdpl. Dan itu rasanya luaar biasaa! Kalian harus coba dan membuktikannya
sendiri.
Ceritanya sponsor, tapi engga ngasih duit -,- |
Saya juga sampai exited sama diri saya sendiri. Rasanya
puas banget, dan terharu bisa naik sampai atas sini walaupun sambil
merangkak-merangkak. Huft, it’s amazing!
Oh iya, seperti halnya ketika berangkat, saat pulang pun saya jadi kloter
terakhir karena jalan saya yang lambat. Anak-anak dan Naqi jalan lebih dulu dan
terpisah cukup jauh dengan Saya, Ubi dan Peri. Untunglah saya ditemani dua
lelaki ini. Hihi, jadi yaah ngerasa safety
aja gitu. Thanks Peri & Ubi :*
Pose sebelum turun gunung |
Pose lagi dong. Eksis teruus! |
Kami sampai pukul 15:30
dengan keadaan basah kuyup plus berlumpur. Yaah, inilah bukti medan yang kami tempuh
sangat terjal dan licin. Adik saya harus rela ber-nyeker-ria (jalan tanpa alas kaki) karena sandal Eiger-nya putus.
Naqi dan anak-anak sampai terlebih dahulu, sekitar pukul 15:00 sepertinya.
Mereka sudah berganti baju dan minum minuman hangat. Setelah membersihkan diri
dan menghangatkan tubuh di Sekre PGPI, kami segera berkemas pulang. Hujan sudah
mulai berhenti meskipun sedikit gerimis.
Perjalanan
yang luar biasa. Terimakasih Peri, Ubi, Naqi, Ijal (Adik tercintaah), Uloh dan
Akmal. Kalian teman seperjalanan yang kereeeen !! Semoga masih ada kesempatan
untuk menikmati lukisan Tuhan dari ketinggian lainnya… Amiin.
Siang yang mendung dengan setumpuk cucian, 040115
0 komentar