Oleh-oleh dari Kelas Bandung 2 : Kapan Gue Nikah?! (MIIP Bandung, Batch #4)
Matahari
yang terbit dari ufuk timur masih malu-malu kucing, padahal jemuran
Emak-emak yang kemarin aja belum kering karena secara mendadak hujan
deras disertai angin yang cukup kenjang tiba di tempat saya. Alhasil,
jemuran yang masih semi-kering ini secepat kilat langsung saya angkat.
Yeah, pagi ini mataharinya masih malu-malu gitu, padahal biasanya mah
mendekati jam 10.00 WIB udah terasa panasnya.
Anyway,
mendung memang enaknya lenyeh-lenyeh manjah, kan, ya... sambil nyemil
dan nonton drama korea, hahaha. Sayangnya, nggak ada camilan di rumah
dan stok drama korea sudah habis! Alhasil, saya nggak bisa lenyeh-lenyeh
manjah, haha. Baiklah, sesuai janji saya di postingan sebelumnya...
saya akan berbagi pengalaman bertemu Emak-emak Keren di kelas
Matrikulasi Batch #4-Bandung 2.
Eh, nggak tahunya ternyata doi udah bergabung dengan Institut Ibu Profesional. Jadi, dari sanalah awal mula saya memantapkan hati untuk ikutan kelas Matrikulasi. Who’s know... dari kelas itu juga saya bertemu dengan Emak-emak keren yang memiliki latar belakang, pendidikan, maupun pengalaman beragam tentang berumahtangga dan mengurus anak. And... I’m so lucky to meet them! :D
Well, tanpa diduga justru yang jadi Fasilitator di kelas Bandung 2 adalah orang yang sudah saya kenal *sebenernya nggak kenal-kenal banget tapi cukup tahu gitu, haha* dan sepertinya akan lebih nyaman komunikasinya, terlebih lagi si teteh Fasilitatornya sudah kredibel di bidang parenting. Beberapa kali saya amati gaya pengasuhan teh Ami (lewat cerita di status facebooknya dan selalu banjir komentar *cieeh teh Ami) yang selalu berfaedah, saya rasa udah cukup bagi saya untuk memilih difasilitasi oleh Teh Ami. *uhuk, uyeehh
Jadilah saya berada di kelas Bandung 2 bersama 40-an lebih para perempuan dan Ibu-ibu Keren dengan berbagai latar belakang. Yippiee yeeii !
Wanita-wanita keren yang ada di kelas saya ada yang latar belakangnya dokter, desainer, guru, notaris, PNS, dosen, blogger, pengusaha, karyawan, dan banyak lagi *padahal mah sayanya aja yang lupa, sih, hehe. Gimana nggak bikin minder, ya? Tapi dibandingkan terus merasa minder saya mulai nge-reset pikiran dan inget lagi tujuan awal ada di grup ini buat belajar. Akhirnya, semakin ke sini, semakin bisa berbaur dan menyenangkan, ya... Walaupun untuk beberapa topik saya memilih sebagai silent reader karena nggak bisa banyak berkomentar atau berbagi, paling banter saya malah jadi penanya aja.
Setelah perkenalan, Fasilitator mulai membahas tentang peraturan kelas, materi. dan mendiskusikan tentang pemilihan ketua kelas serta Koordinator Mingguan (a.ka Korming) untuk setiap materi yang ada di Kelas Matrikulasi. Total materi yang dipelajari di kelas Matrikulasi Batch #4 ada 9 pembahasan dan sebelum kelas berakhir peserta diminta menulis Aliran Rasa selama mengikuti perkuliahan Matrikulasi. *yaa, semacam kesan-kesannya gitu laah
Saya mengajukan diri menjadi Korming untuk materi ke-7, saat itu motivasinya sederhana aja, sih... Saya ingin merasakan pengalaman baru dan berada di lingkungan yang baru. Iya, bagi saya, berinteraksi dengan mayoritas Ibu-ibu Muda adalah pengalaman baru seringnya saya lebih banyak bergabung dengan anak-anak remaja dan anak sekolahan. Alhasil, ini kali pertama bergaul secara intens dengan Emak-emak, hehe.
Entah bagaimana, dukungan, ucapan doa atau sekadar kalimat ‘peluk teteh....’ dengan emoticon kecupan yang disampaikan lewat WAG itu justru sampai kepada siapa pun yang sedang merasa lelah, kecewa, sedih, atau berbagai perasaan nggak enak yang mungkin selama ini mereka pendam karena merasa nggak ada teman yang membuatnya nyaman sehingga mereka nggak bebas bercerita.
Saya merasa kagum pada teteh-teteh di kelas saya yang mampu menjalani, melewati, atau menghadapi masa-masa sulitnya dengan tegar dan lapang dada. Sekaligus, berkat teteh-teteh di kelas Bandung 2 juga, saya semakin tercerahkan bahwa memutuskan untuk berumahtangga, berkomitmen untuk menikah, atau mengurus/merawat anak-anak adalah sebuah keputusan besar yang nggak bisa asal-asalan. Asal pengen nikah tanpa punya rencana untuk kehidupan setelah pernikahan, asal pengen punya anak tanpa punya rencana untuk mendidiknya. Sekarang mah, lebih banyak merenungnya, sih... nggak terlalu memikirkan : kenapa gue belum nikaah?!, kapan yaa gue dilamar.... karena saya sangat yakin menikah itu penuh liku dan nggak mudah.
So, yeah... saya sendiri lebih memilih untuk berfokus meningkatkan kualitas diri dengan belajar lebih banyak tentang ilmu parenting yang pastinya akan menjadi bekal saat sudah menikah nanti. *cmiiww
Teh Dece yang punya kisah mengesankan dan terutama saya tertarik banget karena teteh ini produktif banget selain sibuk jadi IRT, sibuk juga jadi wanita karir, blogger kece, dan seorang singlemom yang keren! Sampai-sampai teh Alien mah kayaknya mau bikin Teh Dece FansClub deh, wkwk.
Selain itu juga ada teh Effie yang sama-sama singlemom, plus punya karir keren sebagai notaris. Kisahnya pun bikin saya terenyuh, dan membayangkan kalau saya ada di posisi teh Effie... Entahlah, ya... karena mereka saya jadi punya pendangan baru tentang seorang Singlemom. Tanpa membandingkan dengan pasangan yang lengkap, para singlemom tentu berkali-kali harus lebih tangguh dari wanita yang bersuami apalagi ada anak-anak yang masih membutuhkan perhatian dari dirinya dan tentu (mantan) suaminya. So, yeah... saya kagum dengan para singlemom luar biasa ini!
Ada juga teh Rifa yang—walaupun rempong dengan bocil-nya, tapi nggak bisa berenti selfie dan heboh dengan berbagai macam gaya bahkan rusuh nyuruh suaminya buat fotoin pas momen foto bareng di atas panggung utama. *sumpaaah, ini gokil banget si teteh, hahaha. Setelah saya perhatikan, cuma doi, sih, yang gayanya paling heboh setiap wefie, wkwk. Energi dan aura cerianya terasa banget pokoknya!
Beda lagi sama Teh Gita, saya dibikin pangling dengan jilbabnya ! *Asli, geulis teteh dan cocok. Aura keibuannya terpancar gitu pas pertama kali ketemu. Teh Gita ini rajin banget bikin bekal buat Echa—putri cantiknya yang baru masuk TK, padahal di waktu yang sama harus berangkat kerja juga tapi Teh Gita bener-bener nyempetin bikin bekal buat anaknya plus Surat Cinta yang selalu ia sertakan di bekal Echa, daaan... didokumentasikan lewat medsosnya! Sering kali bikin ngiler, sih... Kalau kebetulan buka beranda FB atau Instagram dan ada postingan Teh Gita, hahaha. *Ini Emak Keren!
Nah, sama wisudawan terbaik di kelas Bandung 2—Teh Alien juga nggak sempet selfie apalagi ngobrol banyak, ya... Saya cuma sempet cipika-cipiki sama teh Alien saat ngebagiin mendali aja. Padahal teteh ini yang paling gercep ngerespon di WAG Kelas Bandung 2 bahkan saat jadi Korming pun teh Alien yang sangat membantu dalam melengkapi tugas-tugas peserta yang baru dikirimkan di akhir perkuliahan.
Selama acara prosesi wisuda saya nggak banyak berinteraksi dengan temen-temen sekelas, sih. Saya sok-sibuk jadi panitia gitu. Jadi belum bisa banyak bercerita tentang teteh-teteh lainnya di Bandung 2 yang saya yakin nggak kalah berpengalaman dan luar biasanya dengan caranya masing-masing. Aah, saya merasa beruntung berada di komunitas ini. Beruntung karena masih diberi kesempatan untuk mengenal wanita-wanita luar biasa ini.
Semoga, ada kesempatan untuk bertemu dan menjalin silaturahmi dengan wanita-wanita keren ini. Semoga.
Bandung, 280917
Didedikasikan untuk Emak-emak Keren se-Bandungeun yang ada di kelas Bandung 2 :*
Memantapkan Hati Mengikuti Kelas Matrikulasi
Setiap orang pasti punya cerita menarik dan bisa jadi berbeda saat memutuskan untuk mengikuti kelas Matrikulasi dari Institut Ibu Profesional. Seingat saya, sih, dulu saya nggak begitu gencar mencari banyak info tentang kelas Matrikulasi ini. Saya makin tertarik setelah beberapa kali menyimak statusnya Teh Amilah (a.ka Teh Ami) melalui akun facebook-nya tentang pengalamannya dalam berinteraksi dengan kedua malaikat kecilnya. *Eh tapi, saya bukan stalker tauk.. Teh Ami aja yang kerajinan update status mulu, wkwk. Ampyuun Teh Ami, hahahaEh, nggak tahunya ternyata doi udah bergabung dengan Institut Ibu Profesional. Jadi, dari sanalah awal mula saya memantapkan hati untuk ikutan kelas Matrikulasi. Who’s know... dari kelas itu juga saya bertemu dengan Emak-emak keren yang memiliki latar belakang, pendidikan, maupun pengalaman beragam tentang berumahtangga dan mengurus anak. And... I’m so lucky to meet them! :D
Grup Facebook Kelas Bandung 2 |
Memilih Kelas Bandung 2
Entah, gimana ceritanya, setelah melalui serangkaian pendaftaran akhirnya perkuliahan kelas Matrikulasi segera di mulai. Saat diundang masuk dalam WAG (WhatsApp Group), nama saya masuk di dua kelas, yaitu kelas Bandung 1 dan Bandung 2. Saya lebih dulu dimasukkan ke kelas Bandung 1, sih. Beberapa menit entah beberapa jam kemudian saya dimasukkan lagi ke kelas Bandung 2. Setelah itu, ada info *entah dari Fasilitatornya, Observer atau Guardiannya* jika namanya masuk ke dua kelas berbeda, maka peserta boleh memilih mau masuk di kelas mana.Well, tanpa diduga justru yang jadi Fasilitator di kelas Bandung 2 adalah orang yang sudah saya kenal *sebenernya nggak kenal-kenal banget tapi cukup tahu gitu, haha* dan sepertinya akan lebih nyaman komunikasinya, terlebih lagi si teteh Fasilitatornya sudah kredibel di bidang parenting. Beberapa kali saya amati gaya pengasuhan teh Ami (lewat cerita di status facebooknya dan selalu banjir komentar *cieeh teh Ami) yang selalu berfaedah, saya rasa udah cukup bagi saya untuk memilih difasilitasi oleh Teh Ami. *uhuk, uyeehh
Jadilah saya berada di kelas Bandung 2 bersama 40-an lebih para perempuan dan Ibu-ibu Keren dengan berbagai latar belakang. Yippiee yeeii !
Eksistensi di Kelas Bandung 2
Setelah sesi perkenalan yang.... Masya Allah, ini wanita-wanita keren semua, yaa... Tentu yang pertama saya amati adalah latar belakang pendidikan, pekerjaan, dan terakhir adalah status pernikahan plus tahun kelahirannya. Meskipun nggak semuanya inget, sih, tapi saya cukup ter-waah-waah dengan mereka dan sempat merasa minder juga. Aku mah apa atuh masih S1 juga... Aku mah apa atuh udah seperempat abad masih belum nikah juga... daaan serangkaian kalimat “Aku mah apa....” yang mendefinisikan keminderan saya saat berada di kelas Bandung 2.Wanita-wanita keren yang ada di kelas saya ada yang latar belakangnya dokter, desainer, guru, notaris, PNS, dosen, blogger, pengusaha, karyawan, dan banyak lagi *padahal mah sayanya aja yang lupa, sih, hehe. Gimana nggak bikin minder, ya? Tapi dibandingkan terus merasa minder saya mulai nge-reset pikiran dan inget lagi tujuan awal ada di grup ini buat belajar. Akhirnya, semakin ke sini, semakin bisa berbaur dan menyenangkan, ya... Walaupun untuk beberapa topik saya memilih sebagai silent reader karena nggak bisa banyak berkomentar atau berbagi, paling banter saya malah jadi penanya aja.
Bersama Kelas Bandung 2 saat acara Prosesi Wisuda Matrikulasi |
Saya mengajukan diri menjadi Korming untuk materi ke-7, saat itu motivasinya sederhana aja, sih... Saya ingin merasakan pengalaman baru dan berada di lingkungan yang baru. Iya, bagi saya, berinteraksi dengan mayoritas Ibu-ibu Muda adalah pengalaman baru seringnya saya lebih banyak bergabung dengan anak-anak remaja dan anak sekolahan. Alhasil, ini kali pertama bergaul secara intens dengan Emak-emak, hehe.
Kesan Menyenangkan di Kelas Bandung 2
Menjelang akhir kelas Matrikulasi, peserta di Bandung 2 justru semakin dekat. Mereka mulai berbagi hal yang sangat pribadi seperti tentang pengalaman pahit dalam keluarganya, hubungan mereka dengan pasangannya, trauma-trauma yang mereka alami, sampai berbagi tentang info kesehatan atau pengasuhan anak. Sampai di titik ini saya dan para peserta di Bandung 2 turut merasakan dan memberikan dukungan kepada mereka yang masih mengalami masa-masa sulit dalam kehidupannya.Entah bagaimana, dukungan, ucapan doa atau sekadar kalimat ‘peluk teteh....’ dengan emoticon kecupan yang disampaikan lewat WAG itu justru sampai kepada siapa pun yang sedang merasa lelah, kecewa, sedih, atau berbagai perasaan nggak enak yang mungkin selama ini mereka pendam karena merasa nggak ada teman yang membuatnya nyaman sehingga mereka nggak bebas bercerita.
Sesaat setelah selesai prosesi wisuda |
So, yeah... saya sendiri lebih memilih untuk berfokus meningkatkan kualitas diri dengan belajar lebih banyak tentang ilmu parenting yang pastinya akan menjadi bekal saat sudah menikah nanti. *cmiiww
Emak-emak Eksis |
Terheboh, Terakrab, dan Terbaik !
Persepsi saya sesaat sebelum ketemu sama teteh-teteh di kelas Bandung 2 adalah... kayaknya bakalan canggung, deh... kayaknya bakalan kurang asik, deh... Eh, nggak tahunyaa.... sangat di luar dugaan. Pertama kali ketemu teh Ninis (ketua kelas Bandung 2) saat rapat panitia Wisuda udah langsung enak aja ngobrolnya padahal kalau interaksi di grup teh Ninis lebih singkat dan seperlunya gitu (mungkin karena kegiatan teh Ninis juga padat) ternyata pas ketemu orangnya terbuka dan cepet akrab.Teh Dece yang punya kisah mengesankan dan terutama saya tertarik banget karena teteh ini produktif banget selain sibuk jadi IRT, sibuk juga jadi wanita karir, blogger kece, dan seorang singlemom yang keren! Sampai-sampai teh Alien mah kayaknya mau bikin Teh Dece FansClub deh, wkwk.
Selain itu juga ada teh Effie yang sama-sama singlemom, plus punya karir keren sebagai notaris. Kisahnya pun bikin saya terenyuh, dan membayangkan kalau saya ada di posisi teh Effie... Entahlah, ya... karena mereka saya jadi punya pendangan baru tentang seorang Singlemom. Tanpa membandingkan dengan pasangan yang lengkap, para singlemom tentu berkali-kali harus lebih tangguh dari wanita yang bersuami apalagi ada anak-anak yang masih membutuhkan perhatian dari dirinya dan tentu (mantan) suaminya. So, yeah... saya kagum dengan para singlemom luar biasa ini!
Terheboh! |
Beda lagi sama Teh Gita, saya dibikin pangling dengan jilbabnya ! *Asli, geulis teteh dan cocok. Aura keibuannya terpancar gitu pas pertama kali ketemu. Teh Gita ini rajin banget bikin bekal buat Echa—putri cantiknya yang baru masuk TK, padahal di waktu yang sama harus berangkat kerja juga tapi Teh Gita bener-bener nyempetin bikin bekal buat anaknya plus Surat Cinta yang selalu ia sertakan di bekal Echa, daaan... didokumentasikan lewat medsosnya! Sering kali bikin ngiler, sih... Kalau kebetulan buka beranda FB atau Instagram dan ada postingan Teh Gita, hahaha. *Ini Emak Keren!
Nah, sama wisudawan terbaik di kelas Bandung 2—Teh Alien juga nggak sempet selfie apalagi ngobrol banyak, ya... Saya cuma sempet cipika-cipiki sama teh Alien saat ngebagiin mendali aja. Padahal teteh ini yang paling gercep ngerespon di WAG Kelas Bandung 2 bahkan saat jadi Korming pun teh Alien yang sangat membantu dalam melengkapi tugas-tugas peserta yang baru dikirimkan di akhir perkuliahan.
Teh Rifa, Teh Ami (Fasilitator Bandung 2), dan Saya |
Semoga, ada kesempatan untuk bertemu dan menjalin silaturahmi dengan wanita-wanita keren ini. Semoga.
Tahap akhir dari Kelas Matrikulasi Bandung Batch 4 |
Bandung, 280917
Didedikasikan untuk Emak-emak Keren se-Bandungeun yang ada di kelas Bandung 2 :*
2 komentar
Luar biasa neeeeng, terharu bacanyaaaahhhhh 😘😘😘😘💕💕💕
ReplyDeleteHaturnuhun neng. Keren tulisannya. MomCha
ReplyDelete