#GameLevel1 : Panjangkan Nalar, Pendekkan Emosi (Day 8-Bunsay Pranikah Batch #3)

by - 5:44 AM

Memasuki hari ke-8 rasanya makin terbiasa dengan cara komunikasi produktif, meskipun dalam aplikasinya mungkin masih ada yang kurang tepat. Tapi saya merasa, sejauh ini cara berkomunikasi saya menjadi lebih baik. Terutama untuk bagian pengaturan Emosi. 

Ngomong-ngomong soal emosi, saya jadi inget lagi mata kuliah Psikologi Komunikasi yang sempat diajarkan dosen saya di semester 4. Kalau katanya Coleman dan Hammen, emosi itu nggak selalu jelek. Emosi memberikan bumbu kepada kehidupan, justru tanpa emosi hidup ini kering dan gersang.

Coleman dan Hammen menjelaskan secara terperinci, kalau emosi memiliki empat fungsi saat komunikasi terjadi, diantaranya :

  1. Emosi sebagai pembangkit semangat (energizer). Tanpa emosi kita nggak sadar atau mati. Emosi memiliki peranan untuk membangkitkan dan memobilisasi energi kita, seperti marah menggerakkan kita untuk menyerang, takut menggerakkan kita untuk lari, dan sebagainya.
  2. Emosi adalah pembawa informasi (messenger). Hal ini berkaitan tentang bagaimana keadaan diri kita dapat diketahui dari emosi yang kita sampaikan.
  3. Emosi bukan sekadar pembawa informasi namun pembawa pesan dalam komunikasi interpersonal
  4. Emosi merupakan sumber informasi tentang keberhasilan kita. Misalnya kita menginginkan kesehatan dan mengetahuinya saat kita merasa sehat.

Nah, tapi ada yang perlu digaris bawahi saat melibatkan emosi dalam berkomunikasi. Setelah memahami materi komunikasi produktif dan merasakan sendiri dampak langsung saat mendahulukan emosi dibandingkan nalar adalah komunikasi yang disertai emosi berlebihan (misalnya : uring-uringan, marah-marah) nggak akan lebih baik, entah itu untuk komunikan maupun kita sebagai komunikatornya.

Wise Words. Sumber : pinterest.com
Oke, seperti malam ini.... Mama saya pengen diajarin ngetik di Microsoft Word. Sebenernya udah dari kapan gitu mintanya tapi saat sayanya bisa, Mama saya yang nggak bisa dan sebaliknya. Sampai akhirnya, malam ini terlaksana juga. 

“Ma, coba buka dulu software Microsoft Word-nya,” kata saya setelah Mama siap di depan netbook-nya.

“Nah, udah, Teh,” ujar Mama setelah berhasil membuka halaman di Ms. Word. “Sekarang atur dulu ukuran huruf dan hurufnya, ya,” sahut Mama saya lagi. Dulu-dulu sempet belajar ngetik di Ms. Word ini tapi nggak berlangsung lama karena sayanya keburu emosi dan nggak sabaran saat ngajarin Mama. *Ketahuan banget dulu nggak paham soal Komunikasi Produktif, sih :p

“Iya, betuuul,” timpal saya sambil terus mengawasi Mama di sampingnya. *kemudian iseng-iseng foto-in Mama yang lagi repot ngetik, hahahha

“Terus gimana, nih, Teh... Pengen bikin tabel kayak ini,” kata Mama sambil nunjukkin lembaran kertas yang berisi daftar nama anggota di organisasinya.

“Gampang,” ujar saya. “Pertama, klik dulu tulisan Insert.”

“Di mana?” tanya Mama sambil gerakin kursornya ke mana-mana. 

“Itu, ada di atas, samping kanan tulisan Home,” ujar saya.

Mama belajar ngetik, bukan Mama minta pulsa :p
Mama gerakin kursornya pelan-pelan, laaambat dan laaamaa banget ditambah lagi nggak make mouse, sih. Jadi makin lambat aja gerakannya karena nggak terbiasa. Nah, biasanya di situasi kayak gini saya udah keburu emosi tuh dan akhirnya saya deh yang kerjain tugas ngetiknya Mama atau kalau udah kesel-kesel banget saya tinggal aja. *Anaak durhakaaa, hahahaha

Saya yang udah rada emosi kembali mengingat lagi kalau nalar udah seharusnya didahulukan  dari pada emosi seperti yang sudah dibahas dalam Komunikasi Produktif. Jadi, di sinilah saya untuk mengatur ritme emosi dan menggunakan kata positif plus intonasi suara sesuai kaidah 7-38-55.

“Bukan ke situ, Ma... Ke kiri... teruuus.... Nah, ada tulisan Insert,” sahut saya sambil ngeja huruf I-N-S-E-R-T. 

Dan berhasil ! Kemudian saya terus kasih instruksi sejelas mungkin, dan tentunya menggunakan intonasi suara dan gestur yang sesuai agar komunikasi yang terjalin lebih efektif. Lumayan banget, sih, ngajarin Mama. Lumayannya tuh lebih kepada mengelola emosinya. Jadi, malam ini saya belajar gimana mengolah emosi saya agar instruksi saya dapat dipahami dengan tepat oleh Mama.

Muchlis Anwar—Pakar Komunikasi sempet bilang di dalam bukunya yang berjudul The Art of Communication, kalau pentingnya kemampuan komunikasi adalah agar pesan yang kita sampaikan dapat dimengerti dengan benar. Jika kita berkomunikasi dengan efektif, maka orang lain kan lebih mudah memahami informasi apa pun yang kita sampaikan tanpa terjadi salah pengertian.




#hari8 #gamelevel1 #tantangan10 hari
#komunikasiproduktif #kuliahbunsayiip




Bandung, 071117

Sumber bacaan :
Materi 1 Komunikasi Produktif-Kelas Bunda Sayang Batch #3
Psikologi Komunikasi, Jalaluddin Rakhmat
The Art of Communication, Muchlis Anwar

You May Also Like

0 komentar

©