#Prosa: Sang Pemilik Punggung
Sore ini hujan. Hujan deras. Ini pertama kalinya aku menulis kembali saat perjalanan pulang dan hujan deras diluar sana. Perjalanan ini terasa lebih sunyi. Saking sunyinya nyaris membuat tuli. Dan segenap sesak tiba-tiba menyergap menghalangi rongga dada untuk bernapas.
Hanya pemilik punggung itu yang bisa membuat segalanya nyaris berantakan. Dia yang telah membuat perjalanan ini menjadi lebih berliku. Memutar balik dan mengambil jalan seenaknya tanpa bertanya kemana tujuan perjalananku. Dia hanya berisyarat tanpa mampu kuterka maknanya.
Aku bergeming dibalik punggungnya. Merasakan debaran yang nyaris membuat gila.
“Tuan, bisakah kita hentikan perjalanan ini? Sepertinya aku jatuh cinta …”
Namun dia tak ingin mengerti dan tetap melanjutkan perjalanan. Dia tidak pernah tahu bahwa isyaratnya telah mendarat tepat di dasar hati yang tidak pernah tersentuh oleh siapa pun.
Perjalanan ini semakin berat membebani hati. Dan aku tidak ingin terlena lebih jauh.
“Tolong Tuan, jangan buat perjalanan ini semakin rumit."
0 komentar