Pesta demokrasi yang katanya jadi pesta rakyat untuk menentukan pemimpin di daerahnya baru saja terlaksana. Yap, Rabu 27 Juni 2018 ini ada 17 provinsi, 39 kota, dan 115 kabupaten yang melaksanakan Pemilihan Kepala Daerah alias Pilkada serentak. Saya pun yang tinggal di kabupaten Bandung dapet surat panggilan dari KPU untuk menggunakan suara saya sesuai nurani saya.
Sejujurnya, tema-tema politik macem Pilkada nggak begitu menarik minat saya. Selain karena pembahasan ini sensitif, ada begitu banyak info atau kabar yang selalu terlihat abu-abu. Gimana, ya, kadang sekalipun sumbernya dari program berita atau talkshow, kadang saya suka meragukan informasinya.
Yaa, saya sempet belajar tentang dunia jurnalistik dan pada hakikatnya memang nggak ada media yang bener-bener bersih dari praktik kepentingan. Bukan berarti underestimate sama media masa kini, sih. Cuma ya gitu... apa saya harus jadi detektif dulu kayak di film-film untuk mencari informasi yang benar-benar valid? *ya, kagak gitu juga kaliii, hahah
Beda Pilihan, Nggak Usah Jadi Musuhan
Semua ini bermula dari obrolan di ruang keluarga saat saya dan keluarga lagi nonton debat Pilgub Jabar 2018. Saya dan adik saya cukup antusias ngikutin sesi debat yang sudah difasilitasi oleh pihak KPU dan bekerjasama dengan statsiun TV swasta di Indonesia.
Kalau soal politik, adik saya kayaknya lebih banyak mendalami sih soalnya semasa kuliahnya---dan sampe saat ini dia aktif di berbagai organisasi kampus yang biasanya punya agenda untuk membahas masalah politik, agama, dan filsafat.
Kalau buat saya yang bikin tertarik adalah saya butuh tahu apa yang ditawarkan sama cagub-cagub ini sekaligus mengamati bagaimana mereka menyampaikan gagasannya di depan publik. Cara seseorang berbicara di depan publik tuh cukup merepresentasekan gimana kualitas dan pribadinya mereka.
Kamu pilih yang mana nih? wkwk |
Percakapan tentang isu-isu selama Pilkada pun turut dibahas saat kami sekeluarga menanggapi apa yang disampaikan para cagub ini. Tentu aja, saya dan ortu punya pilihan yang beda. Adik saya nggak tahu, deh, saya nggak nanya juga dan lagian ini kan bebas-umum-rahasia, yaak, hahaha. Kalau ortu, sih, karena mereka secara terang-terangan bilang untuk milih paslon nomor sekian.
Hebatnya, ortu saya menghormati siapa pun yang dipilih anak-anaknya, "Mamah nggak bakalan maksa kalian untuk milih Cagub yang dipilih Mamah. Kalian udah dewasa, udah bisa menentukan sendiri." Nyeess, adem banget Mamake bilang begini. Hahaha.
Harapan-harapan untuk Gubernur Baru Jawa Barat
Pagi ini sekitar jam 8-an saya sekeluarga dateng ke TPS 04 Desa Margahurip Kecamatan Banjaran Kabupaten Bandung. Suasananya masih agak sepi, belum banyak warga sekitar yang dateng. Kayak masih pada siap-siap kali, ya...
Pertama-tama, tentu aja bawa surat panggilan yang udah dianterin hari sebelumnya sama pihak RT setempat dan ngisi daftar hadir. Kalau di TPS tempat saya milih, ngisi daftar hadirnya pake pulpen, ya, jadi kalau ada yang mau memalsukan suara kayaknya bakalan repot, deh, wkwk.
DPT TPS 04 Desa Margahurip |
Setelah itu nunggu dipanggil untuk dapet surat suara dan nyoblos. Setelah nyoblos dan masukin ke kotak suara, baru deh nyelupin jari kelingking ke dalem tinta ungu. Akhirnya, tuntas sudah menunaikan kewajiban kepada negara. *Hasyeek!
Setelah nyoblos saya sempet melipir ke papan pengumuman yang mencantumkan Daftar Pemilih Tetap (DPT) yang ada di TPS ini. Ada sekitar 403 DPT, lumayan banyak juga sih untuk ukuran Kompleks Perumahan skala kecil tempat saya tinggal ini.
Suasana TPS 04 di jam 08.00 |
Satu harapan saya buat Gubernur Jawa Barat yang akan memenangi Pilkada 2018 ini, ia bisa menata dan mengelola daerah-daerah kabupaten yang rata-rata masih kesulitan dalam hal infrastruktur, akses pendidikan, dan kesehatan.
Jadi, siapa pun yang menjabat nantinya bisa membawa Jawa Barat sebagai provinsi yang lebih maju dalam segala aspek. Saya yakin banget, sih, kalau ini jadi harapan yang pasti didambakan setiap orang kabupaten, termasuk saya yang ada di wilayah kabupaten Bandung.
Bandung, 270618