diedit dari google |
Ku kira, ketika kamu menjadi
layang-layang maka kita hanya mampu saling menatap dari jarak jauh. Kamu tahu,
ketika dua layang-layang bertemu di udara, mereka akan berusaha untuk saling
menyakiti dengan memutuskan benang dari tuannya. Mereka akan selalu
berkompetisi untuk menjadi yang terkuat dengan menyakiti sesamanya.
Ketika kamu memilih menjadi
layang-layang, maka selamanya kita tak dapat saling memiliki. Kamu dengan
tuanmu, dan aku dengan tuanku. Kamu tahu, bukankah sesama layang-layang tidak
dapat saling memiliki?. Aku tak dapat berubah menjadi apapun lagi. Serbuk ajaib
dari sang peri tak mampu mengubahku menjadi seorang tuan.
Kamu masih saja terdiam. Tak
mampu memutuskan. Sementara jam pasir dihadapan kita semakin menyusut, sesaat
waktu seperti berjalan lebih cepat. Semula, aku pikir kamu memilih untuk
menjadi layang-layang. Karena dengan demikian kamu dapat dicari dan diburu,
bahkan lebih bebas untuk bergerak mengikuti laju angin. Tentu saja, aku tak
dapat memaksakan apa yang jadi inginku. Apa yang bisa dilakukan layang-layang
rapuh?
Namun, terimakasih karena tidak
memilih untuk menjadi layang-layang. Terimakasih karena mau berlari untuk
memburu layang-layang, meskipun membutuhkan waktu yang lama bagimu. Tak apa,
tenang saja Tuan … Layang-layang rusak tak kan ada yang mau memiliki.
Berlarilah semampumu, tak perlu memaksakan jika kamu merasa letih …
Terimakasih karena telah memilih
untuk menjadi tuan. Dan terimakasih karena mau berlari untuk memiliki
layang-layang rusak.
030313