Kali ini saya mendapat kehormatan untuk menjadi pemandu acara dalam Acara Keluarga Sakinah Mawaddah wa Rahmah, salah satu acara puncak dari kepengurusan PC. Pemuda dan PC. Pemudi Persis Banjaran. Saya bilang ini sebuah kehormatan karena memang acara ini adalah semacam talkshow sehari tentang pernikahan dan---selain itu narasumbernya adalah guru-guru saya semasa sekolah di MTs.
AKAD adalah talkshow pra-nikah yang terdiri dari dua sesi pembahasan. Sesi pertama mengupas tentang Pendidikan Pra-nikah dan Orientasinya Terhadap Jihad Kejam'iyyahan yang diisi oleh Ust. Tresnajaya, A.Ks dan Bu Ella Kamilawatie, S.Pd.I. Sesi pertama dipandu oleh Ust. Lukmanul Hakim selaku moderatornya. Sedangkan, pembahasan yang diangkat pada sesi kedua lebih mengerucut lagi, yaitu Nikah Yes! Jihad Yes! yang dibahas tuntas bersama Ust. Indra Fajar Nurdin, M.Pd dan Bu Nurul Hasanah, S.Pd.I. Sesi kedua yang terkesan santai namun penuh cinta ini dipandu oleh saya, hehehe.
Talkshow Sesi 1 |
Jadi, berada di tengah-tengah acara ini bersama mereka adalah bagian dari hal tak terduga yang penuh canda tawa. Kebetulan---sebenarnya nggak kebetulan, sih, soalnya saya requets langsung sama ketua pelaksananya, kalau saya pengen memandu sesi kedua. Alasannya, sederhana sih.... Saya merasa kalau di sesi pertama itu temanya terasa berat dan serius alias teoritis banget berkenaan dengan dalil-dalil (buat saya ini beraat, nggak kuaaat, hahaha).
Perbandingannya kalau di sesi kedua ini, lebih banyak menggali pengalaman narasumbernya saat pra-pasca menikah dan perjalanan mereka dalam berjam'iyyah di Persis. Bagi saya ini jauh lebih ringan soalnya kayak ngobrol biasa aja, tapi bedanya ada audience yang dengerin. Akhirnya sang ketua pelaksana---yang juga temen saya waktu MTs, meng-iya-kan keinginan saya ini. Yaudah, deh, saya langsung aja bahas ulasan acaranya, ya!
Talkshow Sesi 2 |
Nikah dan Jihad : Sama-sama Ibadah Tanpa Perlu Terabaikan Salah Satunya
Sebuah kehormatan buat saya yang dulu pernah berada dalam satu ruangan bersama salah satu dari keduanya sebagai guru dan murid. Kini, saya kembali bertemu dengan kedua setelah beberapa tahun berlalu dan kali ini rasanya jauh lebih asyik, wkwk. Bisa ngobrol bebas diselingi guyonan sebelum acara berlangsung.
Ust. Indra Fajar Nurdin, M.Pd dan Bu Nurul Hasanah, S.Pd.I adalah pasangan suami istri yang sudah menikah selama 12 tahun dan sudah dikarunia 3 orang putra. Keduanya punya kisah cinta yang melegenda di PPI 31 Banjaran. Pertemuan pertama mereka saat masih MTs/SMP di kelas yang sama.
"Waktu itu saya kan yang paling rajin di kelas, tapi saya termasuk yang pelit kalau teman-teman ingin melihat PR saya. Tapi saat beliau (nunjuk ke istrinya) yang meminta saya mau aja," tutur Ust. Indra.
Ust. Indra dan Bu Nurul |
"Itu juga dengan syarat saya harus ngerjain tugas PKK-nya. Dulu kan praktiknya menyulam gitu, ya," timpal Bu Nurul. Keduanya tersipu dan suasana aula semakin riuh. Sweet banget nggak, sih.
Perjalanan Ust. Indra sampai akhirnya menikah dengan Bu Nurul tidak mulus begitu saja. Setelah mereka tiga tahun berada di kelas yang sama, mereka memilih jalan berbeda untuk melanjutkan sekolahnya. Ust. Indra ke SMA 4 Bandung, sedangkan Bu Nurul mesantren ke Garut. Singkat cerita, keduanya bertemu kembali setelah beberapa purnama berlalu---hahaha.
Sayangnya, saat itu Bu Nurul nyaris dipinang oleh lelaki lain. Eetapii, takdir Allah mah memang nggak pernah ada yang tahu karena akhirnya mereka bisa bersama menjadi sepasang suami-istri, uhuk. Hal yang berkesan banget buat saya pribadi saat sesi talkshow dengan keduanya adalah saat Ust. Indra bilang, "Nikah itu ibadah, Jihad atau Berjam'iyyah juga ibadah. Keduanya sama-sama ibadah yang bisa kita lakukan tanpa mengabaikan salah satunya."
Saat salah satu dari keduanya harus beraktivitas di luar rumah untuk urusan jam'iyyah, maka yang lainnya menggantikan peran. Kegiatan rumah tangga seperti membuat susu, dll harus bisa juga dilakukan oleh seorang suami. "Beliau ini paling jago kalau bikin susu buat anak-anak," sahut Bu Nurul sambil tersenyum semringah.
Peserta talkshow tampak serius mendengarkan kisah Ust. Indra dan Bu Nurul |
Komunikasi Menjadi Solusi Dalam Berumah Tangga
Keduanya saat ini sudah menetap di Yogyakarta karena Ust. Indra harus menjalankan tugas sebagai dosen di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Disamping itu, rupanya Ust. Indra memang tidak bisa diam begitu saja saat mendapati Persis belum berkibar di kota Gudeg ini.
Alhasil, Ust. Indra menjadi bagian dari terbentuknya PW Persis Yogyakarta dengan aturan keanggotaan yang terbilang istimewa. Dikatakan istimewa karena sampai saat ini, keanggotaan persis di Yogyakarta mayoritas berstatus mahasiswa. Untuk mahasiswa/i tingkat 1 mereka termasuk HIMA/HIMI, mahasiswa tingkat 2-4 termasuk Pemuda/Pemudi, sedangkan mahasiswa S2 atau yang sudah bekerja baru masuk kategori Persis.
Salah satu peserta yang bertanya |
Penunjukkan Ust. Indra sebagai ketua PW Persis Yogyakarta jelas membuat aktivitasnya semakin padat. Hal ini diakui oleh istrinya---Bu Nurul, keduanya menjadikan komunikasi sebagai hal terpenting yang harus selalu dilakukan oleh suami-istri agar rumah tangga tetap harmonis. Selama 12 tahun menjalani pernikahan, selama itulah keduanya terus belajar hal-hal baru yang tentunya penuh liku namun tetap bertabur berkah.
"Dalam rumah tangga tidak ada kata berhenti belajar. Setiap hari adalah belajar, terus belajar, sampai kapan pun," ujar Bu Nurul menutup sesi talkshow sore itu dengan penuh kebahagian.
Salah satu peserta yang mendapatkan doorprice setelah bertanya |
Nah, kan, pernikahan tuh bukan lagi jadi alasan siapa pun untuk berhenti berjam'iyyah atau berorganisasi atau berkomunitas. Apalagi jika organisasi atau komunitasnya punya visi untuk menyebarkan kebaikan.
Jadi, setelah menikah kapan mau berjam'iyyah lagi? Atau buat yang single, kapan mau nikah sambil berjamiyyah?
Tolong jangan tanyakan pertanyaan kedua itu buat saya. Ini berat. Hahaha.
Penyerahan Cinderamata dari Ketua Pelaksana kepada Ust. Indra |
Penyerahan Cinderamata dari Ketua PC. Pemudi Banjaran kepada Bu Nurul |
Bandung, 150218
Acara talkshow berlangsung pada hari Ahad, 11 Februari 2018.