#EdisiTraveling : Pendakian Maha-layang
Selamat pagi !
Betapa pagi ini begitu ‘exited’
bagi saya, karena kembali melakukan pendakian setelah hampir 1-2 tahun saya ga
naik gunung. Meskipun hanya 1818 mdpl, gunung ini adalah gunung yang ongkosnya
paling murah karena letaknya dibelakang kampus saya : UIN Sunan Gunung Djati
Bandung.
Dari kampus menuju gerbang masuk
gunungnya, bisa dilalui dengan kendaraan bermotor. Jadi cukup iritlah. Atau
kalau mau jalan juga bisa, cuman … lumayan jauhlah … belum lagi pendakian ke
puncaknya. Jadi, enaknya yaa … pake kendaraan dulu sampai ke gerbang masuknya.
Persiapan dari Gerbang Manglayang |
Oiya, saya belum memperkenalkan
gunung yang akan segera saya jamah. Namanya gunung Manglayang terletak di
Cibiru, Ujung Berung-Bandung dengan ketinggian 1818 mdpl -buat anak-anak UIN, UNPAD
gunung ini udah ga asing-. Dan, mari saya perkenalkan kawan-kawan seperjalanan
ini …
Makhluk paling ganteng dalam
rombongan ini bahkan menyaingi Herjunot
Ali. Yeaaiiyaa, Riki Apriyandi alias Iki alias Tarno –namanya pernah mejeng di
blog saya sebelumnya. Haha-. Is he
handsome, isn’t ? :D
Iki |
Makhluk paling cantik dan tiada
duanyaa –namun agak cideug, Haha-. Sang model dari brand pakaian muslimah ternama
seantero kampus UIN. She is …. R Indriane
C Letfi alias Ane.
Ane |
Dan orang terakhir dalam
rombongan ini adalah …. Phi ! *uhuk-uhuk*.
Ga apa-apa, tadi saya keselek. Hahaha. –nampaknya saya ga perlu memperkenalkan
manusia bernama Phi ini. Namanya yang paling eksis di blog ini. Hahaaaa-
Phi |
***
Saya mulai darimana ya? Baiklah,
tadinya pendakian ini akan kami lakukan bersama Uphil dan Icot. Tapi keduanya
mendadak sakit menjelang pendakian. Akhirnya, hanya kami berempat yang mendaki.
Dua pasangan dengan komposisi yang paling aneh. Hahaha.
perjalanan menuju puncak |
Manglayang menyajikan pemandangan
yang indah. Sepanjang pendakian kami disajikan dengan lukisan alam yang tiada
tandingannya. Sepuluh menit pertama, kami disajikan dengan pohon pinus yang
tumbuh menjulang di sekitar kaki gunung. Dan di sepuluh menit pertama pula,
saya mulai minta istirahat pada mereka. Hahaha. Aselinya, saya mulai kecapean
padahal biasanya kuat loh ! Mungkin karena baru lagi naek gunung yaa…
Pemberhentian setelah sepuluh menit |
Tapi, pemandangan yang disajikan
sangat indah. Penampakan langit dan kota Bandung terlihat dari tempat ini. Jadi
kami memutuskan untuk rehat dan menikmati panorama Bandung dari tempat kami
berdiri. Selain itu, kami pun merekam gambar untuk pendakian ini. Dan Phi, yang
paling eksis. Selain karena familiar dengan gunungnya, tingkat kenarsisan-nya
pun menjulang tinggi seperti gunung yang akan kami daki. Hahaha. Dia melakukan
reportase seperti acara Panji Sang Petualang atau Jejak Si Gundul.
Perjalanan terus berlanjut. Saya
jadi orang yang paling akhir dalam rombongan tersebut. Yahh, you know-lah … postur tubuh saya tidak
selangsing Ane. Jadi agak-agak melambat gitu ya… Haha. Jadi saya memilih untuk
berada di paling belakang. Iki memimpin rombongan, Ane ada diurutan kedua, Phi
senantiasa menemani saya yang jalannya lambat dan mulai ‘mopo’ di beberapa titik pendakian.
Sebenarnya dalam waktu 30-60
menit –bahkan kurang dari itu- kita bisa sampai di puncaknya. Namun karena
rombongan ini membawa serta saya dan Ane jadi perjalanan agak lambat dan
santai. Terlebih lagi, hampir di tiap titik peristirahatan kami selalu
menyempatkan photo session. Benar-benar
para pendaki yang narsis :D.
Pemberhentian selanjutnya |
Beberapa kali kami berganti
posisi, menuju tempat yang lebih tinggi, saya berada di urutan kedua. Bertukar
posisi dengan Ane. Ternyata pertukaran posisi ini tidak membuat jalan saya
semakin cepat, malah menghambat dua orang dibelakang saya. Akhirnya, saya
memutuskan untuk kembali di posisi semula dan mempersilahkan Ane dan Phi jalan
duluan.
Ane dengan cepat dapat menyusul
Iki yang udah jauh. Begitupun Phi, jaraknya semakin menjauh dengan saya.
Walaupun beberapa kali dia menunggu sampai wujud saya terlihat oleh jangkauan
matanya kemudian dia berjalan lagi, begitu terus.
“Ayoooo, Gin … Semangaaat !”
teriaknya beberapa kali, ketika saya mulai cape dan berhenti ditempat saya.
“Puncaknya masih jauh ya?” saya
terus aja nanya kaya gitu.
“Deket ko, bentar lagi juga
nyampe” jawaban yang sama selama perjalanan berlangsung.
Sepanjang perjalanan kami banyak
berbincang tentang gunung, tentang organisasinya dan banyak hal. Dia menjelma
menjadi sosok yang bersahabat, walaupun sesekali ada rasa kikuk dan canggung
yang dia ataupun saya rasakan. Namun seiring perjalanan ini berlangsung, rasa
itu luntur dengan perlahan. Saya, senang … dapat menikmati pendakian ini
bersamanya. Dan berharap hari ini adalah
awal untuk pendakian-pendakian selanjutnya bersama dia … Phi.
***
Inilah pemberhentian yang paling
berkesan. Di batu besar ini pemandangan lebih indah lagi. Angin melaju lebih
kenjang. Dan batu ini hanya bisa ditempati oleh kami berempat. Di bawah batu
ada jurang yang menjulang cukup dalam. Lumayan serem lah kalo jatuh kesana. Jadi, kami mengambil
beberapa gambar dari atas batu tersebut. Hahaha.
The Big Stone |
Diatas Batu Besar |
Batu besar yang kami lewati tadi
adalah tigaperempat dari perjalanan menuju puncak yang semakin menanjak.
Aaaaah, saya semakin melambat saja. Hahha. Tapi semua perjalanan itu terbayar
sudah ketika mencapai puncak !
Poto session di dahan pohon yang menjalar menghalangi jalan |
Pemberhentian terakhir sebelum sampai puncak |
Di puncak, kami ga lupa untuk
poto-poto dan makaaan siang ! Hahaha. Total perjalanan sekitar 3 jam. Kami
berangkat jam 09.00 nyampe puncak jam 12.00. Penyebabnya karena kami sering
istirahat dan ngambil gambar. Tapi ga sia-sia perjalanan 3 jam menuju puncak
ituu….
Puncak Maha-layang |
Saat kami datang, di puncak hanya
ada seorang pendaki yang menunggu rombongannya. Karena iki yang pertama datang
jadi dia ngobrol-ngobrol dengan orang tersebut, sementara kami bertiga
merebahkan diri dibawah pohon.
Puncak Maha-layang –semoga aja suatu
saat, saya bisa menginjakan kaki di puncak Maha yang sesungguhnya : Mahameru.
Hahhaa- cukup luas. Bisa didirikan 3-4 tenda besar disini, kekurangannya hanya
satu, ga ada sumber air. Jadi kita harus bawa air yang cukup banyak jika ingin
berkemah di puncaknya Manglayang.
Suasana di puncak sangat tenang.
Terlebih karena hanya ada kami di puncak ini. Suhu udaranya cerah dan dingin.
Sejuk dan angin sepoi-sepoi. Panorama Bandung dan sekitarnya ga terlihat dari
sini karena tertutup pepohonan yang lebat. Pendaki yang ngobrol dengan Iki
bilang, di puncak timur pemandangannya lebih indah dan Bandung terlihat dari
puncak tersebut.
Komposisi paling aneh. Hahaha. Tapi keren : EMPAT KSATRIA |
Kami tidak langsung menuju puncak
timur, sekitar satu jam lebih kami istirahat di puncak utama Manglayang.
Rombongan selanjutnya datang, saya dan Ane mulai usil karena rombongan tersebut
datang satu pasang-satu pasang.
“Itu kayanya couple semua ya…”
kata Ane, ketika satu pasangan sampai dipuncak dan beristirahat.
“Iya, Ne … Kayanya mereka engga
satu rombongan ya…”
“Iya deeh, kayanya pasangan itu
lagi marahan deh …”
“Bener. Hahaha. Kita juga duo
couple cideug, Ne…”
Saya dan Ane ketawa berdua aja,
melihat pendaki-pendaki yang datang. Dan ternyata para pendaki itu memang
rombongan para couple. Mungkin ada sekitar 8-5 pasangan deh. Dan ternyata lagi,
salah satu diantara mereka adalah adik kelasnya Phi ! Hhaha. Jadilah, Phi
bergabung dengan kumpulan mereka untuk ngobrol. Iki juga ikutan nimbrung
walaupun ga kenal. Dan kami berdua … asik poto-poto plus tiduran dibawah pohon.
***
Setelah istirahat yang cukup,
kami mulai berjalan menuju Puncak Timur Gunung Manglayang. Diantara kami
berempat belum ada yang pernah menuju puncak timur. Jadi kami ikuti semua
instruksi dari pendaki tadi. Dan kami betemu satu rombongan yang sedang beristirahat
sebelumnya. Rombongan tersebut sempat transit di puncak pusat sebelum
kedatangan rombongan para couple.
Daaaan ….. Subhanallah ! How to
Awesome ! Puncak ini tiada duanya. Indaaaaaaaaaaaaaaaah ….. ! Dari sini kota
Bandung, Sumedang, dan sekitarnya serta beberapa gunung sekitarnya juga
terlihat jelas. Dibawah hamparan langit biru, kami kembali merekam momen indah
ini bersama-sama. Keindahannya lebih dari sekedar indah. Kamu harus melihat
sendiri dan menikmatinya secara langsung.
Bandung dan sekitarnya dari 1818 mdpl |
Puncak Timur Maha-Layang. Yeah ! |
How the worderfull, right? -pemandangannya maksud saya- |
Arak-arakan awan diatas puncak |
***
Menjelang pukul 4 sore,
perjalanan kami harus berakhir. Kami memutuskan untuk turun menuju dataran
rendah tempat kami tinggal. Selama perjalanan turun saya berjalan diurutan
kedua setelah Iki, rute tutunan lebih mudah buat saya. Namun Ane mengalami
kesulitan, sepatu yang dipakainya bukan sepatu gunung jadi selama turunan dia
cukup terhambat dengan sepatunya yang licin.
Sehingga posisi pun kembali berubah,
Phi menemani Ane dan membantunya untuk turun gunung. Saya dan Iki menjadi dua
orang pertama yang sampai di gebang masuk tepat ketika adzan maghrib
berkumandang. Beberapa menit kemudian Ane dan Phi datang ke tempat kami.
Matahari mulai berpulang keperaduannya,
langit perlahan berganti dengan warna kelabu. Seandainya waktu dapat
memperpanjang keberadaannya, hari seperti hari ini seharusnya berlangsung lebih
lama lagi. Ini adalah kali pertama bagi saya menghabiskan waktu selama
duabelasjam bersama Phi. How a great
moment … sepertinya koneksi kami mulai terhubung dengan baik. Saya berharap
akan ada hari-hari selanjutnya yang bisa kami lewati bersama-sama ….
Sepanjang perjalanan pulang, saya
menikmati kerlip lampu yang berada jauh dari tempat saya melihat. Senyuman tak
henti mengembang, setiap kali saya berada dibelakang punggungnya. Dia, sang pemilik punggung itu … Terimakasih
karena telah berbagi seinci dari duniamu …
*Kosan, 150913
2 komentar
aku sangat ingin berbagi banyak hal denganmu...
ReplyDeletemenjadi bagian besar dalam hidupmu,,
Terimakasih atas kesedianmu untuk saling berbagi.
DeleteSemoga Tuhan menuntun aku dan kamu di jalan yang sama..