Memoar Bimtek Kemendikbud Bandung 2017
“Aku kembali ke Bandung … dan kepada cintaku yang sesungguhnya.” –Soekarno
kepada Inggit Ganarsih
Saya baru tahu tentang quote ini dari Pak Supi—salah satu
peserta Bimtek yang luar biasa eksis dan asik, *hihiw*. Quote ini beliau
kumandangkan bukan tanpa alasan. Tentu saja karena Bandung adalah bagian dari
sejarah hidup Soekarno—Bapak Proklamator Republik Indonesia. Saya rasa bukan
hanya Soekarno yang menemukan cinta sesungguhnya di Bandung, mungkin sebagian
besar dari kita pun demikian. *uhuk*
Itulah mengapa quote ini sangat terngiang dalam benak
saya bahkan sampai saya kembali ke rumah. Banyak sekali episode dan perasaan yang
masih saya rasakan dari acara Workshop
Peningkatan Kapasitas Tenaga Bidang Kesejarahan Bagi Penulis Sejarah. Saya
cukup yakin, sebagian peserta Bimtek Kemendikbud Bandung 2017 pasti merasakan
satu kesan yang sama tentang perjalanan empat hari tiga malam ini : Unforgettable!
Awalnya saya dapat info tentang
Bimtek ini dari Teh Vera—salah satu teman di Forum Komunitas Kabupaten Bandung.
Saya sempat ragu untuk ikutan karena harus membuat outline tentang tulisan sejarah pada saat pendaftaran online. Akhirnya, dengan perasaan agak-ogah-ogahan, saya pun daftar dan
sampai pada akhirnya ternyata saya lolos seleksi untuk mengikuti Bimtek
Kemendikbud 2017 di wilayah Bandung.
Bimbingan Teknis berlangsung dari
28 Februari-3 Maret 2017 di De Java Hotel. Pesertanya berjumlah sekitar 50
orang. Bimbingan Teknis ini diselenggarakan serentak di tiga kota lainnya,
yaitu Jakarta, Yogyakarta, dan Surabaya. Saya yang sama sekali bukan berlatar
belakang sejarah dan sejujurnya sangat awam tentang penulisan bahkan penelitian
sejarah, ternyata dimanjakan dengan sajian materi kesejarahan yang bikin saya
berdecak penuh semangat karena lewat Bimtek ini saya dapet ilmu baru dan sangat
menarik buat saya pribadi.
Peserta sedang mencatat beberapa poin penting saat materi Penulisan Sejarah oleh Prof. Reiza (Foto: Agin) |
Saya mulai ber-Ooohh-ria setelah mendapatkan beberapa materi tentang pengantar ilmu
sejarah, metode penelitian sejarah, sejarah lokal dan penulisan sejarah. Maksud
saya, saya baru ngeuh ternyata proses
penulisan dan penelitian sejarah itu penuh dengan kehati-hatian dan daya kritis
yang tinggi. Yap, siapa bilang cuma penelitian bidang matematika dan sains aja
yang pake logika? Ternyata peneliti sejarah pun harus mampu merekonstruksi
sebuah peristiwa sejarah lewat sumber-sumber primer maupun sekunder yang ada.
Yeah, saya rasa mereka yang udah
jadi pakar sejarah punya daya analitis yang kuat untuk mengamati sebuah peristiwa
sejarah dengan mengumpulkan sumber dokumen, lisan, audio-visual, maupun digital.
Salah satunya seperti Pak Miftahul Falah, M. Hum yang menyampaikan materi
Sejarah Lokal saat Bimtek kemarin. Beliau banyak bercerita tentang
pengalamannya melakukan penelitian sejarah, mulai mencari dokumennya sampai
menyusuri tempat peristiwa sejarah itu pernah terjadi. Berada secara langsung
di tempat peristiwa itu pernah terjadi dapat memperkuat gambaran untuk
merekonstruksikan sebuah peristiwa.
Saya rasa, saya lebih memilih
menjadi penulis sejarah dengan gaya populer daripada akademis seperti yang
pernah disigung oleh salah satu pemateri Bimtek. Penulisan sejarah gaya populer
itu tidak sebaku bahasa dalam penelitian, seperti tulisan-tulisan sejarah yang
terdapat dalam majalah-majalah. Nah, gaya penulisan itulah yang rasanya lebih
cocok dengan saya. Selain itu, saya juga lebih seneng nulis fiksi sih … Jadi,
pulang dari Bimtek ini saya kepikiran buat nulis Historical Fiction dengan mengangkat tema-tema sejarah lokal yang
pernah ada di Bandung. *Mendadak keinget
film Scarlet Heart yang mengangkat kisah dari Dinasti Goryoe yang ada di Korea,
hahaha*
Keliling Museum di Kota Bandung
Hal paling berkesan buat saya adalah
hari ketiga Bimtek. Orientasi lapangan sekaligus belajar melakukan penelitian
kecil-kecilan ini sangat menarik. Peserta Bimtek Bandung melakukan kunjungan ke
empat Museum. Saya yang ceritanya orang Bandung asli, baru kali ini dateng ke
tiga museum diantaranya. Hahaha. Dan, yaah… setiap Museum itu punya rasa dan
suasana yang berbeda. *Es kriiim kali, yaa. Hahaha*
Museum Konferensi Asia-Afrika (KAA) adalah lokasi pertama yang kami—Peserta
Bimtek Bandung kunjungi. Saya udah nggak asing lagi dateng ke sini, udah tiga
sampai empat kali lah pernah dateng ke Museum ini, walaupun nggak secara detil
mengamati setiap peristiwa yang ada di Museum ini. Lewat pemandu Museum dan Pak
Desmond—Peserta Bimtek yang ternyata adalah salah satu fasilitator di Museum
KAA ini, saya jadi lebih tahu makna KAA di masa lalu untuk kepentingan bangsa
Indonesia yang juga menjadi kepentingan beberapa negara Asia-Afrika yang ingin
mendapatkan kemerdekaan mereka.
Seluruh peserta Bimtek di Museum KAA (Foto: Budi) |
Museum Ex-Penjara Banceuy adalah
lokasi kedua yang kami datangi. Ini dia, salah satu tempat bersejarah saat
Soekarno diasingkan dan dipenjarakan selama kurang lebih delapan bulan lamanya.
Bekas sel penjara Soekarno masih diabadikan. Siapa pun yang melihat bekas
penjara ini pasti meringgis dan membayangkan betapa beratnya perjuangan
Soekarno untuk tetap hidup dan berpikir waras di tempat sesempit itu. Namun di
tempat seperti inillah, Soekarno merumuskan kemerdekaan Republik Indonesia.
Sel Penjara Soekarno di Banceuy (Foto: Agin) |
Sebagian peserta Bimtek berfoto di monumen Soekarno yang ada di Banceuy (Foto: Budi) |
Museum Mandala Wangsit Siliwangi adalah lokasi kunjungan yang
ketiga. Museum ini menyimpan kisah perjuangan TNI di Jawa Barat dalam menumpas
berbagai perlawanan yang ada. Peristiwa sejarah yang dapat kita nikmati
diantaranya tentang peristiwa DI/TII yang muncul di Jawa Barat, peristiwa
Angkatan Perang Ratu Adil (APRA) yang dipimpin oleh Westerling untuk
mempertahankan negara federal di Indonesia, peristiwa Bandung Lautan Api, serta
beberapa peristiwa yang terjadi di beberapa daerah yang ada di Bandung.
Satu ruangan lagi yang serasa
nuansa agak-horor adalah ruangan yang berisi tentang Prabu Siliwangi beserta
replika dan lukisan Harimau yang melindunginya. Yaah, kalau mau tahu dateng
langsung dan rasakan sensasinya, hahaha. Well,
sayangnya Museum Mandala Wangsit Siliwangi punya kekurangan yang cukup mengganggu
pengunjung sih. Museum ini kurang ventilasi! Serius, deh, apalagi dengan
keadaan museum yang lembab dan banyak pengunjung. Bikin beberapa peserta
rasanya kekurangan oksigen dan kepala rada-rada pusing gitu begitu kunjungan
selesai.
Pemandu museum sedang menjelaskan beberapa lukisan yang ada di Museum Mandala Wangsit Siliwangi (Foto: Budi) |
Sebagaian peserta Bimtek berfota di depan Museum Mandala Wangsit Siliwangi (Foto: Budi) |
Museum Sri Baduga adalah lokasi terakhir yang kami kunjungi. Museum
ini menyimpan beberapa benda pra serajah, dan beberapa replika pra sejarah.
Selain itu, ada berbagai baju tradisional, alat musik tradisional, dan
benda-benda khas dari zaman dahulu. Kebanyakan yang ditampilkan di museum ini
benda-benda yang berasal dari Jawa Barat. Suasana di Museum ini sangat nyaman,
sama seperti di Museum KAA. Tempatnya luas dan bersih. Fasilitas umum pun
sangat nyaman.
Peserta Bimtek Bandung berfoto di depan Museum Sri Baduga (Foto: Budi) |
Suasana Malam Terakhir Bimtek
Sekembalinya dari keempat museum
ini, kami diminta untuk membuat laporan penelitian Sejarah. Peserta yang
berjumlah lima puluh kelompok itu dibagi dalam lima tim. Tim saya memilih untuk
melakukan penelitian di Museum Mandalla Wangsit Siliwangi dengan mengambil
fokus peristiwa tentang kemunculan DI/TII yang dipimpin oleh Kartosuwiryo di
Jawa Barat. Setiap tim mempresentasikan hasil penelitian yang dibuatnya.
Barbeque Party (Foto: Budi) |
Sebelum presentasi belangsung,
kami disajikan Barbeque Party di rooftop hotel. Belum lagi ada
pertandingan persib yang otomatis menjadi pusat perhatian para peserta Bimtek saat
makan malam kali ini. Malam terakhir yang sangat menyenangkan walaupun
melelahkan. Bimtek ini resmi bikin berat badan para peserta langsung bertambah.
Yakin deh! Hahaha.
Di sela-sela rasa lelah dan
kantuk, ada banyak hal menarik yang terjadi saat presentasi. Apalagi ada Pak
Mustakim—presenter dari Kelompok 2
dan pak Supi—presenter dari kelompok
4 yang menyampaikan presentasi mereka dengan ciri khasnya masing-masing. Bikin
peserta Bimtek sesekali tertawa dan menyahut dengan senyum merekah, sekali pun mata
sudah berat dan memerah.
Presentasi hasil studi lapangan dari masing-masing kelompok (Foto: Budi) |
Malam terakhir Bimtek cukup
mengesankan bagi saya. Yap, saya berada dalam kelompok yang terdiri dari
orang-orang hebat dengan berbagai latar belakang disiplin ilmu yang berbeda. Mereka
hebat dengan keilmuan mereka masing-masing. Sejujurnya, berada diantara
orang-orang hebat itu bikin saya makin terpacu untuk segera melanjutkan studi
saya. Rasanya, wawasan saya semakin bertambah saat berinteraksi dengan
orang-orang hebat ini. Pengalaman ikutan Bimtek ini sangat menginspirasi
saya!
Terima kasih untuk Pa Desmond
yang sudah ngajak saya berbincang tentang keilmuan dan pengalaman beliau selama
jadi pengajar walaupun banyaknya saya cuma jadi pendengar, Bu Novie—sang Ibu
Dosen yang nggak sungkan untuk berbagi soal menjadi wanita tangguh dan ikut
mendukung saya untuk melanjutkan studi, Bu Laila—Ibu Traveller Kece yang jadi
teman berbincang asik banget, Teh Vera yang telah menjerumuskan untuk ikutan
Bimtek *Hahaha*, Teh Suci—sang Bumil Tangguh yang penuh semangat untuk terus berkembang walaupun masih punya anak-anak kecil, dan Pak Nunu dengan pengetahuan sejarahnya yang luar biasa
Terima kasih juga buat Teh Sundus
yang sudah jadi roommate selama empat
hari tiga malam dan banyak berbagi cerita, Kang
Amir yang sudah berbaik hati bantuin bawa dan nungguin koper saya, Pak Mustakim yang selalu punya celotehan kocak yang bikin
ngakak apalagi waktu ngebahas cerita Rano Karno di sela-sela materi berlangsung
*Berkesan banget, wkwk*, Pak Supi
yang demen banget nyeritain kisah romansa Soekarno dan Inggit, Kang Budi yang rajin banget fotoin setiap peserta
dan setiap momen dalam Bimtek ini walaupun nggak diminta *Mantap banget*, dan peserta-peserta lain yang saya yakin punya
kekhasan tersendiri namun belum sempat bertegur-langsung dengan saya. *Hehehe*
Finally, terima kasih kepada Pak Rijal dan timnya yang telah
menghadirkan program Bimtek bagi orang-orang yang tertarik dengan peristiwa
sejarah dan telah mempertemukan saya dengan orang-orang hebat dalam acara ini.
Saya merasa beruntung telah menjadi peserta Bimtek dari Kemendikbud tahun ini. Aah, Bandung
selalu menghadirkan cerita penuh romansa. Semoga silaturahmi tetap selalu terjaga.
Bandung, 030317
Terima kasih kepada Kang Budi yang sudah berkenan mengunduh seluruh
foto-foto kegiatan Bimtek ini di grup. Sebagian fotonya saya gunakan untuk
melengkapi tulisan di blog ini, mohon izin ya, Kang. :D
0 komentar