#BookReview : Memaknai Kehidupan dari Si Beanie Abu
Penulis : Ninna Lestari
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Cetakan : Pertama, 2016
Tebal : 264 halaman; 20 cm
ISBN : 978-602-03-3393-9
Dunia remaja yang penuh sukacita dan
keceriaan mendadak redup dan berubah sendu saat Alfa kehilangan sebagian dari
belahan jiwa yang sejak dalam kandungan Mamanya telah berbagi tempat dengannya.
Belahan jiwa itu adalah Alfi—saudari kembar Alfa. Kematian Alfi karena sebuah
kecelakaan menyimpan luka mendalam yang masih belum bisa ia relakan bahkan
setelah dua tahun kepergiannya.
Sosok Alfa yang tadinya begitu
penurut berbalik menjadi remaja yang sulit diatur dan pembuat onar. Alfa tidak
begitu peduli dengan jam sekolah, keluar-masuk ruangan BP atau PR-PR, saat
hatinya sudah merindukan Alfi. Alfa akan langsung mendatangi makam Alfi tidak
peduli pagi, siang atau malam. Alfi adalah sosok adik, teman dan sahabat yang
begitu Alfa sayangi selain Mamanya.
Belum
lagi konflik internal yang terjadi dalam keluarganya. Luka, dan kebenciannya
kepada Haykal—Ayah Alfa masih belum luntur dari hatinya. Kenyataan bahwa sang
Ayah berselingkuh dan terlibat hubungan gelap dengan sahabat Mamanya—Tante
Divi, membuat Alfa dan sang Mama semakin membenci Haykal dan Divi. Selama tujuh
tahun lamanya, Alfa terus memendam perasaan dendam pada Ayahnya dan Tante Divi.
Inilah
yang membuat Alfa semakin tertekan walaupun tidak pernah ia tunjukkan di depan
Mamanya. Sosok Alfi sebagai saudari kembarnya mampu menguatkan Alfa dalam situasi
sulit dan kenyataan bahwa keluarga mereka tidak utuh lagi. Namun, takdir
berujar lain. Alfi harus pergi untuk selamanya dan membuat Alfa semakin
terpuruk dengan keadaan tersebut.
Momen MOS (Masa Orientasi Sekolah)
dijadikan Alfa sebagai ajang penghiburan, terutama saat ia menemukan seorang
siswi baru bernama unik—Banana. Sifat jahil dan usilnya menguap ke permukaan,
mulai dari menyuruh Banana mengambil kerikil di bawah terik matahari sampai
mengejek Banana dengan sebutan Pisang Berjalan.
Banana tentu saja tidak terima
diperlakukan semena-mena oleh kakak kelasnya. Banana digambarkan sebagai sosok
remaja yang berani, kuat, bijak dan dewasa. Banana tidak segan-segan untuk membalas
perlakuan Alfa yang selalu tidak
menyenangkan saat bertemu dengannya. Hubungan Alfa dan Banana ini digambarkan
layaknya kelakuan Tom&Jerry.
Banana akhirnya bertanya kepada Alfa
kenapa ia terus-menerus menindasnya di saat Banana tidak pernah sekali pun
menganggu kehidupan Alfa sebelumnya. Alfa menanggapi dengan acuh dan mengatakan
bahwa ia hanya ingin menjahili Banana saja. Banana kesal luar biasa karena
alasan yang demikian dan semakin membenci sikap Alfa.
Sekali pun tidak pernah terlihat
akur, Alfa sangat menikmati hubungan ‘aneh’ yang terjalin antara dirinya dan
Banana. Banana mengingatkannya kepada Alfi. Mulai dari sifatnya yang pemberani
sampai warna kesukaan mereka yang sama persis, yaitu kuning. Alfa seolah
menemukan diri Alfi dalam sosok Banana, itu sebabnya Alfa sangat menikmati
keterikatannya dengan Banana.
Kehadiran
Banana dalam hari-hari Alfa lambat laun mampu mengobati setiap luka di masa
lalunya. Apalagi sejak Banana tahu tentang masalah yang terjadi dalam keluarga
Alfa. Banana sangat berempati kepada Alfa dan sebisa mungkin menjadi sahabat
yang dapat membantu Alfa mengatasi perasaannya.
Setiap
ucapan yang disampaikan Banana seolah memberikan kekuatan tersendiri bagi Alfa
untuk berani memaafkan, dan berdamai dengan masa lalunya. Seperti salah satu
ucapan Banana saat Alfa menceritakan tentang kemarahannya bertemu kembali dengan
Ayahnya dan Tante Divi. “Berdamai dengan
masa lalu itu emang sulit, tapi bukan berarti nggak bisa. Selama kita punya
keinginan dan tekad kuat mengubah keadaan, masalah seberat apa pun pasti bisa
dilewati. Percaya deh, hidup dengan menyimpan dendam itu nggak ada manfaatnya
sama sekali.“(Hal. 193)
Setiap tokoh yang muncul dalam novel
ini memberikan kesan bagi pembacanya. Tokoh Alfa digambarkan dengan begitu khas
karena selalu memakai jaket dan beanie berwarna
abu-abu. Sedangkan tokoh Banana digambarkan sebagai seorang vegetarian yang sangat menyukai buah
pisang dan aksesoris berwarna kuning yang identik dengan warna pisang. Inilah
yang menjadi daya tarik dari Magic Banana, di samping kisah hidup para
tokohnya.
Ninna
Lestari mampu menggambarkan dunia remaja yang begitu dinamis dan penuh intrik. Ninna
berhasil menyampaikan perasaan Alfa dan bagaimana ia harus menghadapi perasaannya
setelah perceraian kedua orang tua dan kematian Adik kembarnya. Karakter tokoh
Alfa tampaknya bukan hal yang asing lagi di era sekarang.
Ada banyak kasus perselingkuhan yang
berakhir dengan perceraian, dan anak-anak menjadi korbannya. Anak sebagai
korban dari ketidakharmonisan keluarga biasanya rentan bersikap buruk seperti
yang tergambar dalam tokoh Alfa, terlebih lagi kehilangan seseorang yang ia cintai
akan membuatnya semakin terpuruk. Dalam usia remaja, tokoh Alfa dipaksa untuk
menghadapi setiap kesedihan dan keterpurukannya.
Adapun
tentang tokoh Banana yang berasal dari keluarga penuh cinta-kasih dan harmonis,
membuat Banana memiliki rasa empati dan sikap yang begitu bijaksana dalam
membantu Alfa mengatasi kebencian dan kesedihan yang meliputinya. Pembaca dapat
mempelajari nilai-nilai kehidupan melalui kedua tokoh utamanya yang memiliki
latar belakangan keluarga yang begitu kontras.
Bandung, 200517
0 komentar