#GameLevel1 : Happy Weekend, Happy Family (Day 6-Bunsay Pranikah Batch #3)
Berbincang soal komunikasi, saya jadi inget pembahasan awal yang dibahas dalam buku Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar karya Prof. Deddy Mulyana, Ph. D—guru besar Ilmu Komunikasi dari Unpad. Pada buku itu dibahas beberapa hal untuk menjawab pertanyaan “Mengapa kita berkomunikasi?”.
Para pakar Ilmu Komunikasi setidaknya mengungkapkan hal-hal ini sebagai jawaban dari pertanyaan tersebut, diantaranya :
- Manusia berkomunikasi untuk menyatakan dan mendukung identitas diri, membangun kontak sosial, dan mempengaruhi orang lain (Thomas M. Scheidel)
- Manusia berkomunikasi untuk menyelesaikan tugas-tugas yang penting bagi dirinya dan untuk menciptakan/memupuk hubungan dengan orang lain (Gordon I Zimmerman et al)
- Komunikasi berfungsi untuk tujuan kesenangan, menunjukkan ikatan dengan orang lain, membangun dan memelihara hubungan, serta untuk mengambil keputusan dalam melakukan sesuatu (Rudolph F. Verderber)
Dari beberapa pandangan para pakar ini tampaknya cukup menjelaskan kalau manusia memang nggak akan pernah bisa hidup tanpa berkomunikasi dengan orang lain. Kita setuju, dong... kalau komunikasi memang dibutuhkan saat menjalin ikatan atau hubungan dengan siapa pun atau sebagai apa pun, apalagi dengan orang-orang tersayang seperti keluarga, ya... :)
Family. Sumber : pinterest.com |
Seperti pagi cerah yang terjadi hari ini....
Weekend itu memang harinya keluarga. Seenggaknya itulah yang saya rasakan saat anggota keluarga bener-bener lengkap dan kami melewati satu pagi bersama. Kalau hari-hari biasa baik saya, Papa, Mama, dan adik saya punya aktivitas masing-masing yang bisa dibilang susah ketemu kalau bukan weekend. Kami keluarga yang (sok) sibuk ceritanya, Hahaha.
Papa dan Mama biasanya punya agenda ke kondangan atau acara lain-lainnya, saya seperti biasanya rada ‘autis’ sama laptop (hahaha), dan adik saya ngekos di dekat kampusnya. Jadinya kalau hari-hari biasa personil nggak lengkap.
Kebetulannya, weekend ini kami berempat nggak ada agenda keluar. So, minggu pagi bener-bener jadi quality time gitu. Kami ngobrol di halaman belakang rumah. Saya, Mama dan adik asyik ‘berjemur’ punggung sedangkan Papa menikmati aktivitasnya membuat kompos.
Adik saya cerita kalau dia lagi nggak enak badan dan minta izin nggak masuk kulliah besok. Lalu, seperti biasa Mama saya heboh dan ngomel-ngomel...
“Ade mah makannya nggak bener, sih. Jadi sakit gini, kan...,” omel Mama saya tapi sambil terus mijitin punggung adik saya sambil berjemur.
Btw, itu foto adik saya yang lagi dipijitin Mama. Fotonya memang candid, sih. Sengaja saya ambil gitu soalnya nggak pengen mereka grogi kalau tahu, haha.
Lagi dipijit Mama |
“Hmm,” Adik saya hanya menanggapi dengan deheman.
“Ga apa-apa atuh, Mah... Besok kan bisa ke Klinik terus istirahat dulu di rumah. Jadi, balik ke kosan sehat lagi,” timpal saya menerapkan Kaidah 7-38-55 supaya Mama dan adik saya juga nyaman dengernya.
Mama dan adik saya mengangguk tanda setuju. Bagaimana pun, omelan Mama sebenernya karena beliau sayang sama anaknya. Tapi, ya, gitu... kadang Mama nggak tepat banget menyampaikan pesan atau sayangnya. Seperti yang terjadi beberapa saat lalu.
Punggung saya udah terasa cukup hangat. Saya turun ke halaman sekadar untuk main sama kucing-kucing yang ada di rumah. Saat main sama kucing-kucing, saya keingetan kalau Mama dapet bibit jeruk purut dari tetangga dan belum dipindahin ke pot. Beberapa hari lalu sempet nyuruh Papa, tapi karena berbagai hal si bibit masih belum juga ditanem.
So, saya kepikiran untuk minta tolong sama Papa supaya tanemin bibit jeruk purut ini. *wkwk, anak macam apa ini nyuruh-nyuruh orang tuanya :D
“Mah, bibit jeruk purut belum ditanem, ya?” tanya saya membuka pembicaraan, sambil mempersiapkan diri untuk minta bantuan Papa.
“Eh, iya... Mau nanem sendiri nggak sempet aja,” jawab Mama, karena nyuruh Papa susah mulu asalnya mau Mama tanem sendiri tapi nggak jadi mulu.
Saya ngelirik ke Papa, Papa lagi istirahat sejenak setelah cangkulin tanah dan beberapa daun kering plus sampah organik untuk dibuat kompos. Ah, saya rasa ini waktu yang tepat buat minta tolong.
“Pa, bisa tolong pindahin tanaman jeruknya? Kayaknya kalau dipindahin di pot ini bisa tumbuh dengan baik,” ujar saya sambil ngambil bibit jeruk purut.
Ternyata, Papa tanpa 'ba-bi-bu-la-la-ye-ye-ye' langsung ngisi potnya dengan tanah.
“Sini bibitnya, Teh,” ujar Papa dan menyambut bibit jeruk purut yang baru aja saya bawa.
Jeruk purut yang udah dipindahin ke dalam pot |
Woaahh, sebegitu ngefeknya, ya, cara kita memilih waktu yang tepat saat berkomunikasi dengan orang, memilih diksi yang tepat saat menyampaikan pesan, dan tentunya mengatur intonasi suara dan bahasa tubuh saat berinteraksi dengan lawan bicara kita.
Apalagi jika penyampaian pesannya itu hendak menyuruh seseorang atau meminta bantuan seseorang. Kaidah-kaidah Komunikasi Produktif harus banget diterapkan kepada komunikan kita. Terlepas itu masih anak-anak, seumuran, atau bahkan orang yang lebih tua dari kita.
Komunikasi produktif adalah cara paling efektif bagi komunikator untuk menyampaikan pesannya kepada komunikan agar sesuai dengan harapan sang komunikator.
#hari6 #gamelevel1 #tantangan10 hari
#komunikasiproduktif #kuliahbunsayiip
Bandung, 051117
Sumber bacaan :
Materi 1 Komunikasi Produktif-Kelas Bunda Sayang Batch #3
Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, Deddy Mulyana
Sumber bacaan :
Materi 1 Komunikasi Produktif-Kelas Bunda Sayang Batch #3
Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, Deddy Mulyana
0 komentar