#GameLevel1 : Masih Bersahabat dengan Kata Positif (Day 5-Bunsay Pranikah Batch #3)

by - 11:26 AM

Jadi, kemarin subuh sebenernya saya telepon Sen berkali-kali tapi sayangnya nggak ada respon dari dia. Sejalan dengan nggak adanya respon, otomatis dia nggak shalat subuh. Sedih sebenernya setelah beberapa hari ini dia berhasil bangun dan shalat.

Hari ini saya mau coba sounding *Yaelaah, dikira Sen masih balita, ya, hahaha. Saya mau mencoba menyampaikan perasaan saya karena Sen nggak shalat subuh. Saya sengaja memilih waktu yang tepat agar komunikasi produktif dapat tersampaikan sesuai keinginan saya.

Setelah chit-chat ke sana kemari akhirnya saya mulai menyampaikan pesan.

“Malam ini masih ada pertandingan Othello, ya?” tanya saya, kebetulan sore itu mood Sen lagi baik dan saya rasanya waktunya udah tepat.

“Iya, malam ini terakhir,” jawabnya.

“Sen, besok shalat subuh lagi, ya...,” pinta saya sempat memberi jeda sejenak. “Kemarin kamu kan terlewat shalat gara-gara begadang nonton kejuaraan Othello dan tidur larut malem. Malam ini tidurnya lebih awal, ya?”

Kemudian hening, dan sinyal telepon mendadak jelek. Halah! Noise—salah satu penghambat dalam komunikasi entah itu berupa sinyal telepon yang mengalami gangguan saat komunikasi terjadi, atau bisa juga berupa gangguan lainnya yang menghambat proses komunikasi baik secara langsung (tatap muka) atau tidak langsung (melalui telepon). *seingat saya, sih, gitu yaa. Wkwk, gemanah nihh alumnus Ilmu Komunikasi teh, hahaha

“Heeii, Senn! Pesanku sampai, kan?” tanya saya lagi, khawatir nggak nyampe inti pesannya.

Sen mengulangi lagi pesan yang saya sampaikan dengan jelas. Alhamdulillah!  Berarti nyampe nih, hahaha.

“Mau, yaa, besok shalat subuh?” tanya saya lagi lebih menegaskan.

“He-eh,” jawabnya mantap.

Saya baca-baca lagi materi Komunikas Produktif dan ternyata selain menggunakan kalimat positif, memilih waktu yang tepat adalah bagian penting yang juga harus diperhatikan. Karena, Choose the right time ini bagian dari komponen komunikasi produktif yang memungkinkan pesan bisa sampai dengan benar sesai harapan komunikator.

Choose the right time. Sumber : pinterest.com
Beberapa menit lalu baru aja saya selesai teleponan sama Ifa—sahabat sekampus yang sekarang tinggal di luar kota bahkan luar pulau juga, setelah sebelumnya Ifa chat saya lewat WhatsApp. Kayaknya hampir mau dua bulan saya nggak teleponan sama Ifa, biasanya kami rutin berinteraksi lewat chatting atau telepon meskipun nggak intens. 

“Aku kangen, pengen pulang ke Bandung,” kata Ifa setelah kami ngobrol panjang-lebar tentang kabar, dan hal-hal lain yang dicurhatin Ifa sebelumnya. “Sampai saat ini aku belum menemukan sahabat yang kayak kamu, di sini mah orangnya bener-bener nggak banget,”

“Ayo, sini pulang...,” ajak saya. “I’m the only one tauu! Hahaha. Emang di sana kayak gimana?” tanya saya lagi mencoba menggali informasi lebih banyak.

“Waktu aku masih kerja di Perusahaan E***** dan punya fasilitas kantor kayak mobil dsbnya, temen-temen yang asli daerah sini tuh ramah luar biasa. Kalau mereka jalan-jalan pasti selalu ngajakin aku. Lah, sekarang pas aku udah resign dan nggak ada fasilitas kantor lagi, mereka nggak pernah lagi ngajak aku jalan. Alesannya karena aku udah nggak punya mobil lagi,” ujar Ifa dengan intonasi yang meluap-luap.

Cuplikan chat saya dan Ifa sebelum kami teleponan
Alhamdulillah, kamu ditunjukin mereka kayak gimana. Udah, kamu mah nggak butuh temen-temen kayak gitu. Kamu mah dari dulu juga kuat bisa bertahan tinggal di rantauan sendirian dengan keadaan jauh dari orang tua, sekarang kalau cuma ditinggal temen-temen kayak gitu mah kamu bisa kok tanpa mereka,” saran saya, saya mencoba untuk berempati dengan posisi Ifa sambil memilih kata-kata positif yang dapat menguatkannya. Lagi, saya mengaplikasikan komunikasi produktif yang baru saya pelajari di kelas Bunsay.

“Iya, ya, dari dulu aku kan kuat segimana banyaknya orang yang nggak suka sama aku, aku tetep maju bahkan bisa membuktikan kalau aku selangkah lebih maju dari orang-orang yang dengki itu,” kata Ifa. Kali ini nadanya terdengar lebih bersemangat. 

“Nah, kan, udah inget sekarang? Selama kamunya deket-deket Allah, semua pasti mudah,” tanggap saya.

“Bener! Ahhh, aku jadi makin kangen pengen ketemu kamu!” sahutnya. 

Kemudian kami melanjutkan obrolan sampai nyaris dua jam, Hahaha. Biasanya memang gini sih, kami nggak sering chatting tapi begitu teleponan bisa nyampe sejam lebih dan ada banyak hal yang kami ceritakan saat ngobrol. 

Tentunya, kalau sekarang saya lebih banyak memilih kata-kata positif saat berkomunikasi dengan siapa pun, terutama dengan orang-orang tersayang kayak Ifa dan Sen. Oh iya, dan orang tua saya! *Ini nanti saya ceritakan, sekarang lagi coba-coba menerapkan Komunikasi Produktif ke Ortu, hehe.



#hari5 #gamelevel1 #tantangan10 hari
#komunikasiproduktif #kuliahbunsayiip


Bandung, 041117
Untuk kenyamanan tokoh yang terlibat dalam cerita ini, nama sengaja saya samarkan. Berhubung posting di blog bersifat publik. Terima kasih.



You May Also Like

0 komentar

©