Sensasi Berliterasi Visual Melalui Infodoodle Bersama @emakdoodle

by - 12:27 PM

Jadi sebenarnya keinginan untuk menulis tentang @emakdoodle sudah saya rasakan sejak pertama kali bergabung dengan WhatsApp Group-nya di bulan November 2017 lalu *kalau nggak salah, sih, ya. Tapi karena blaablaablaa akhirnya saya baru sempet bahas hari ini, ya... *wkwk, dasar pemalesan daah!

Oke, deh, saya mulai dulu dari penjelasan kalau @emakboodle itu apaan, sih? @emakdoodle ini adalah komunitas pembelajar visual melalui coretan yang dibentuk oleh Teh Wildaini Shalihah---seorang Ibu Rumah Tangga sekaligus Creative Teacher di SMP Hikmah Teladan. *sekaligus---ternyata---senior saya di jurusan yang sama saat kuliah beberapa tahun silam. Haha, dunia sempit!

Kegiatan @emakdoodle ini adalah memvisualkan berbagai informasi dalam bentuk doodle atau disebutnya infodoodle. Informasinya bisa macam-macam mulai dari parenting, materi pengajian, materi seminar, pengasuhan anak, dan banyak lagi. Tergantung interest-nya kita di bidang apa tapi sumbernya harus valid, ya.

WAG Emak Doodle
@emakdoodle ini bentuknya berupa komunitas online lewat WAG dan instagram. Biasanya, di WAG semua anggota saling berinteraksi lewat diskusi atau chit-chat seputar alat tempur untuk membuat doodle makin oke, inspirasi nge-doodle yang nggak biasa, sampai support membangun dari para anggotanya saat anggota yang lain merasa nggak yakin bisa gegambaran doodle.

Saya, sih, melihatnya infodoodle ini semacam meresume materi tapi dengan cara yang keren. Iye, bukan orat-oret tulisan doang, tapi ada garis-garis dan gambar-gambar yang menghiasi informasi tersebut. So, kesan yang tersampaikan saat membacanya jadi nggak membosankan, ya. Lebih seger dan semangat memahami informasinya. Kalau dipikir-pikir, infodoodle sama aja sih sebenernya dengan infografis. Hanya saja yang membedakan itu sarana atau alat temurnya.

Contoh Infodoodle karya @wildainish. Kiyuut, yaa :*

Jadi, Doodle Tuh Apa, Ya?

Mengutip dari www.seament.com, doodle adalah gambar tidak fokus atau tidak sadar dibuat saat perhatian seseorang jika tidak ditempati. Doodles adalah gambar sederhana yang dapat memiliki makna representasi beton atau mungkin hanya bentuk-bentuk abstrak. Jadi, memang iya, sih, kebanyakan gambar doodle ini abstrak dan sebenarnya sangat mebebaskan kita untuk sekreatif mungkin membuat gambar doodle---yang penting nyambung sama informasi yang mau kita sampaikan, ya.

Kalau kata Teh Wilda dalam kulwap-nya di WAG Emak Doodle mah, kegiatan ber-doodling ria ini sering kali disalah pahamin *Lha, macem hubungan kamu sama dia ajaaa, haha. Alasannya karena dianggap buang-buang waktu, doodle hanya untuk para pecinta seni, atau berbagai asumsi lainnya yang bikin kita---sebagai orang yang katanya nggak bisa gambar--- jadi enggan mencoba kegiatan ber-doodle.

Sumber : @emakdoodle
Padahal, nyatanya doodle melatih konsentrasi seseorang dalam bermain komposisi visual.  Doodle menjadi katarsis seseorang menyalurkan ide dan imajinasinya. Teh Wilda pun menyampaikan, bahwa keterampilan membuat doodle begitu  bermanfaat dalam mengomunikasikan segala hal, terlebih gambar mewakili ribuan kata dibaliknya. 
Doodle merupakan sebuah cara membuat tanda-tanda spontan untuk membantu kita berpikir.  Bahkan doodle menjadi cara sederhana untuk meringkas segala sesuatu yang baru saja dipelajari. - @wildainish   
Woah, persepsi doodle itu cuma buang-buang waktu itu salah besar, ya! Masih nggak percaya? Kayaknya kamu harus nyobain sendiri sensasinya ! Saya pun udah nyoba dan ketagihan, walaupun bikin pegel, ya, tapi pas udah jadi berasa ada kepuasan tersendiri.

Cara Nge-doodle dan Alat Tempur yang Dibutuhkan

Caranya nge-doodle gimana? Ya, tinggal gambar aja. Gitu doang? Iya, gitu aja. Itu yang dibilang Teh Wilda, kemudian si teteh kreatif ini menuturkan lagi jangan bilang kita nggak punya bakat gambar. Kita semua sejak kecil punya kemampuan visual, namun seiring waktu semakin ke sini orang dewasa sering  under-estimate pada  aktivitas satu ini. 

Katanya, cuma mereka yang berjiwa seniman yang bisa gambar atau  yang kuliah desain jagonya doodling. Anggapan kita salah. Kalau selama ini kita sering temukan corat-coret secara refleks di bangku atau di halaman buku pelajaran. Maka kemampuan doodling bermula dari sana.  

Infodoodle karya @aliendasophia. Salah satu pemenang challange Emak Doodle Oktober 2017.
Tinggal bagaimana kita mengarahkan grand desain yang jelas. Doodling boleh, tapi apa yang bisa dipetik setelah orang melihatnya meski sekilas? Ada informasi yang bermanfaat menjadi nilai tambah tersendiri. Atau minimal memiliki makna yang tersirat. - @wildainish
Alat tempur yang dibutuhkan saat nge-doodle, diantaranya :
  1. Kertas kosong tanpa garis.  
  2. Drawing pen ukuran bebas. (Saran dari teh Wilda : lebih baik kalau punya berbagai ketebalan berbeda, saya lebih suka 0,2/0,3 untuk menulis kata penjelas dan 0,5 untuk menebalkan kata-kata penting) 
  3. Spidol warna/highlighterPensil warna/krayon (opsional sebagai tambahan). 
Catatan penting lainnya : Butuh kesabaran dan kecermatan dalam memperkirakan komposisi doodle nantinya. 

Masa, iya, sesimpel ini bikin doodle? Aslinya, memang nggak ada yang lain-lain. Itu pula yang saya rasakan, yaa langsung gambar aja. Meskipun sebelumnya saya punya paradigma kalau saya ini nggak bisa ngegambar, saya ini kalau gambar nggak jelas alias jelek, dan segudang alasan yang bikin nyali ciut buat nyobain nge-doodle. Tapi, ini lumrah saja. 

Poin pentingnya, seberapa besar keinginan kita untuk mencoba hal-hal baru dan mengalahkan gejolak jiwa dengan anggapan nggak bisa gambar. Alhasil, meskipun masih banyak kurangnya, saya memberanikan diri membuat infodoodle. Sampai saat ini baru sempat menuntaskan dua doodle. Infodoodle dan Doodle Home Decoration---yang saya simpan di rak buku supaya makin kece. Rencananya mau nyobain nge-doodle di atas Mug dan Talenan, tapi masih wacana nih, padahal alat tempur udah sedia. *Pemalesaaan ! Pemalesaan!

Infodoodle pertama saya, wkwk
Doodle Home Decoration super hemat hanya bermodal barang bekas. Padahal mah lagi kere aja, haha.

Maju Mundur Saat Akan Memulai Doodle

Udah macem Syahrini aja yang demen maju-mundur cantik, yaaa, hahaha. Diakhir kulwap yang disampaikan oleh teh Wilda, ia menyampaikan Tulisan Sunni Brown dalam bukunya The Doodle Revolution bahwa sebenarnya ada tiga keyakinan mengganggu tentang doodle apalagi saat baru saja memulainya. Tiga hal inilah yang membuat jarak antara seseorang dengan aktivitas doodling.
  • Pertama, seni rupa adalah kemewahan. Sebaliknya, bahasa visual bukanlah kemewahan namun sebuah aktivitas alami yang bisa hanya mengandalkan kertas dan pulpen biasa sekalipun. Kalaupun ada spidol dan palet warna hanya sebagai perangkat tambahan.  
  • Kedua, seni itu untuk para seniman "sejati". Sebaliknya, bahasa visual berlaku untuk semua orang. Terbukti orang berbagai elemen bisa mengikutinya. Mulai dari dokter, guru, apoteker, ibu rumah tangga, pokoknya siapapun yang senang menggoreskan coretan bermakna yang lekat dengan kehidupan sehari-hari.  
  • Ketiga, seni rupa adalah hasil inspirasi yang agung. Sebaliknya, bahasa visual adalah hasil kerja keras. Kerja keras karena ada kalanya kita harus benar-benar menyerap informasi dengan proaktif menemukannya. Bukan sekadar menunggu inspirasi itu datang. Bisa lewat membaca buku, menonton video/film, atau mendengarkan siaran radio.
Terakhir, teh Wilda menyampaikan bahwa doodle sebagai bahasa visual tidak sama dengan seni rupa. Jangan takut bila membuat gambar yang tidak sama atau terkesan berantakan, yang penting doodle atau infodoodle yang kita buat bisa memperjelas pemikiran kita atau sekadar membuat kita rileks bak mengurai benang kusut dalam pikiran.

Tertarik Bergabung dengan @emakdoodle?

instagramnya @emakdoodle
Aktivitas nge-doodle bareng @emakdoodle jadi makin challenging dengan adanya tantangan berhadiah. Iya, sekitar bulan September-November lalu @emakdoodle mengadakan tantangan bikin infodoodle dan home decoration dengan berbagai hadiah menarik. Iyalah, siapa, sih, yang nggak suka hadiah, kan? Wkwk.

Tapi intinya bukan itu, sih... Lewat @emakdoodle kita bisa sharing banyak hal terkait dunia doodle dan cara berliterasi visual. Apalagi buat yang suka corat-coret, ngepasss banget kalau ada di komunitas ini.

Oke, langsung aja gabung di WAG Emak Doodle di sini :  http://bit.ly/EmakDoodle

Follow juga akun instagramnya : @emakdoodle dan @wildainish

Sampai jumpa di WAG-nya Emak Doodle ! Selamat Berliterasi Visual bersama @emakdoodle!

Galeri Infodoodle dari anggota @emakdoodle

Bandung, 090118

Sumber bacaan :
Kulwap Emak Doodle-Wildaini Shalihah



You May Also Like

0 komentar

©