#BookReview : Satu Ruang by Aqessa Aninda
Penulis : Aqessa Aninda
Penyunting : Pradita Seti Rahayu
Penerbit : Elex Media Komputindo
ISBN : 9786020433554
Tebal halaman : 442
Genre : Romance
Blurb
Kinan mungkin sedikit berbeda dengan tipe perempuan kesukaan Satrya. Gadis itu terlalu lembut, terlihat rapuh, dan sedikit tertutup. Mata kenarinya yang senantiasa menghipnotis sering kali dirundung awan kelabu.
Sementara Sabrina mengingatkan Satrya pada sebuah sosok dari masa lalu. Gadis itu penuh semangat, humoris, dan baik hati. Matanya begitu hidup setiap kali ia menceritakan hal yang ia sukai.
Dengan Kinan, Satrya seperti bercermin. Dengan Sabrina, rasanya hari-harinya menjadi lebih cerah.
Ini adalah bagian pertama dari kisah klasik diantara 4 orang yang saling mencari, ada 3 pintu yang terketuk, 2 orang yang kehilangan dan terjebak bayangan masa lalu, serta 1 pertanyaan tentang berbagi ruang.
Review
Ini novel kedua Aqessa Aninda yang saya baca di tahun yang sama. Yap, saking terkesannya sama novel pertamanya Secangkir Kopi dan Pencakar Langit, saya jadi penasaran sama novel keduanya ini. Setelah nemun ebook-nya lewat aplikasi i-pusnas, saya langsung menikmati Satu Ruang ini secara digital.
Masih ingat dengan kisah segitiga antara Ghilman-Athaya-Satrya di novel #SKdPL yang bulan lalu saya review? Nah, Satu Ruang ini meskipun bukan lanjutannya tapi masih dalam lingkup yang sama. Tokoh utama yang menjadi pusat cerita ini adalah Satrya-Kinan-Sabrina. Ketiga orang ini punya satu problem yang sama, mereka sulit melepaskan masa lalu.
Aih, iya. Move on tuh memang perkara sukar yang dialami banyak orang termasuk mereka bertiga. Satrya masih sulit lepas dari bayang-bayang Alisha, meskipun ia sudah beranjak agak jauh dari bayangan Alisha---sahabat yang sudah lama ia cintai namun Satrya terlambat menyatakan.
Beda lagi dengan Kinan---gadis penyuka princess Disney ini, sulit untuk melepaskan Prana---cinta pertamanya yang harus berpulang lebih dulu saat sedang menanti jawaban dari Kinan atas ajakan pertunangannya. Tahunan sudah berlalu sejak kepergian Prana, Kinan masih sering terbangun di tengah malam dan menangisi kepergiannya.
Sabrina yang menghabiskan hari-harinya untuk bekerja sebagai editor dan menikmati hari libur untuk mengajar anak-anak asuh di tempat saudaranya, masih saja gugup saat bertemu dengan Abi---seseorang yang lebih ingin memiliki Sabrina daripada menyatakan perasaannya.
Hmm, kompleks sih yaaa problem mereka ini. Tapi sejujurnya saya jadi greget bacanya. Soalnya, yaa ampuun, ribet banget nih galau-galau muluk. Hahaha. Yaa, terkadang cinta memang gitu, sih... Ribet. Rumit. Padahal udah saling suka, tapi karena masa lalu yang belum selesai akhirnya malah melepaskan apa yang ada di dalam jangkauan.
Tapi sejujurnya konflik ini tokoh-tokohnya ini sempet bikin saya males baca. Terlalu menye-menye. Nah, yang terasa sangat hidup di novel ini adalah karakter Sabrina. Pembawaannya yang supel dan ceria bikin alur cerita kembali asik.
Jujur, saya masih lebih suka cinta segitiganya Ghilman-Athaya-Satrya di SKdPL daripada Kinan-Satrya-Sabrina. Apa karena saya pribadi kurang suka sama karakternya Kinan yang menyek-menyek, ya? Iya, sih, dia rapuh tapi nggak segininya amet kali. Eeh, tapi saya juga belum pernah sih ada di posisi Kinan---ditinggal mati sama orang tercinta. *saya berusaha memahami perasaannya Kinan nih
Hal yang paling saya suka adalah novel ini quote-able banget. Kata-katanya bikin nyesss gitu. Penulisnya sukses banget menyusun dan memilih diksi yang nge-jlebb. Dibandingkan SKdPL, novel Satu Ruang punya susunan diksi yang lebih menarik hati apalagi bagian galau-galaunya.
Pemilihan cover-nya udah bisa terasa, ya... Sendu-sendu gimana gitu. Alur novel ini tertolong banget dengan adanya geng cowok-cowok 'sampah', apalagi kehadiran Radhi yang nyekil-in cewek kantor sebelah dan berakhir tragis dengan dikasih gopek-an karena gombalan recehnya.
Ghilman dan Athaya masih muncul di novel ini tapi selintas doang, mereka sekarang udah nikah dan Taya lagi hamil. Sweet deh. Lalu, akhirnya gimana? Satrya jadinya sama siapa? Saya cuma bisa bilang : legowo ajaaa. Iya, legowo aja, gimana pun akhir ceritanya. Haha. Sejujurnya, saya mau bilang saya agak kurang puas dengan ending-nya tapi setiap kisah nggak melulu harus disukai banyak orang, kan? Mungkin begitu kata penulisnya, hehe.
Quotes
"Jangan malu punya selera yang nggak biasa." (Hal. 131)
"Bisakah dua orang yang terluka saling mengobati? Bukankah justru perlahan saling menorehkan luka yang lain lagi?" (Hal. 114)
"Kalo lo rasa dia yang terbaik, perjuangin. Kalo nggak, ya relain aja." (Hal. 204)
"Kadang orang punya tujuan hidup kemana tapi nggak tahu apa yang sebenarnya dicari." (Hal. 239)
"Nggak semua cinta harus dimiliki. Kadang yang lo kira matahari, tahunya cuma pelangi." (Hal. 260)
Hargai orang yang memberikan hatinya untukmu dengan tulus meski hanya separuh. Karena tidak setiap hari kamu mendapatkannya. (hlm. 313)
"Jangan paksakan sesuatu yang nggak bisa kamu sanggupi." (Hal. 395)
"Kebahagiaan itu kita sendiri yang cari, tidak bergantung pada orang lain." (Hal. 438)
Rating
Cover : 4/5
Theme : 4/5
Characters : 4/5
Plot : 4/5
POV : 4/5
Rating Satu Ruang : 4/5
0 komentar