#GameLevel10: Aku Lupa PR-Ku, Ma (Day 2-Bunsay Pranikah Batch#3)

by - 6:10 PM



Hai, para Gadis Calon Ibu Profesional nan Sholihah pernah nggak, sih, ngalamin momen ter-malas seharian penuh dan mager luar biasa sampe yang harusnya jadi rutinitas plus kewajiban terabaikan gegara perasaan kayak gini? Oke, saya banget nih! 

Terus, malah keasyikan main hape sampe lupa waktu? Ah, yeaaah.... setidaknya sekali dalam seumur hidup pasti pernah ngalamin ini, ya? Gimana dengan anak-anak yang udah nyandu dengan hape? Saya jadi kepikiran, sebenarnya komunikasi produktif selalu menjadi kunci utama dari permasalahan ini.

Apalagi buat anak-anak yang usianya sudah kelas lima atau enam SD yang udah bisa diajak ngobrol dengan serius. Kegiatan mengingatkan, menasehati bukan dengan cara menggurui ini menjadi hal yang bisa dilakukan orangtua kepada anaknya.

Jadi, bagaimana cerita hari ini? Yuk, langsung baca cerita dari saya~

***
Tema: Gawai
Untuk Usia: Anak usia 10 tahun ke atas

AKU LUPA PR-KU, MA

Oleh: Agin Puspa

Pulang sekolah menjadi waktu yang paling dinantikan Raka. Ia ingin segera sampai di rumahnya dan kembali melanjutkan game peperangan yang baru saja diinformasikan Ginting dua hari lalu. Hampir dua hari ini rasanya ia tidak bisa meninggalkan game yang sudah mencapai level 6 di smartphone miliknya.

Setelah menyelesaikan makan siang, Raka segera menuju ruang keluarga tempat Mama selalu menyimpan smartphone miliknya. Iya, smartphone-nya memang tidak boleh dibawa ke sekolah. Untuk anak-anak SD memang begitu aturannya. Kalau sangat mendesak, orangrua atau siswa bisa saling menghubungi melalui wali kelas mereka.

"Ka, main hape mulu," protes Mama yang melirik ke arah Raka.

Raka sudah dalam posisi nyaman di atas sofa, sambil jemarinya sibuk memainkan smartphone. "Ini lagi seru, Ma!" sahutnya antusias.

Walau Raka asyik dengan smartphone-nya, jika suara Mama yang terdengar pasti Raka menyahut. 

"Seru banget, ya, Ka?" tanya Mama sambil duduk di sisi kosong dari sofa tersebut.

"Banget!" jawab Raka. "HAHAHAHA! I'M THE WINNER!" seru Raka menggelegar.

"Wih, asyik nih jadi juara," balas Mama. Sebenarnya, Mama sedang berusaha mendekati Raka untuk membicarakan aturan memainkan smartphone untuk Raka. Beberapa hari ini Mama terlalu sibuk dengan urusan bisnis yang sedang dirintisnya, jadi agak kurang memperhatikan Raka. 

"Ka, Mama boleh cerita nggak?" tanya Mama sambil menghadapkan wajah ke arah Raka. Raka sudah dalam posisi duduk saat itu setelah melakukan selebrasi kemenangannya.

"Mau cerita apa, Ma? Jangan dongeng, ya? Aku kan udah besar," ujar Raka santai.

"Bukan, Ka... tapi Raka harus simpen dulu hape-nya karena Mama pengen dapet perhatian penuh dari Raka. Raka juga nggak suka, kan, kalau Raka ngomong terus Mama malahan sibuk masak misalnya?" pinta Mama.

"Hmmm...," Raka terdiam sejenak. "Oke, kalau gitu. Sepuluh menit," jawabnya sambil menyilangkan tangan di dada.

Mama menggeleng sambil tersenyum. "Mama minta maaf, ya, Ka... karena beberapa hari ini Mama terlalu sibuk dengan urusan Mama, jadi Mama kurang perhatiin Raka."

"It's OK sih, Ma," sahut Raka.

"Gara-gara kurang perhatian Mama, kegiatan rutinmu jadi terabaikan. Bahkan beberapa hari ini rasanya Mama lebih sering lihat Raka mainin hape dibandingkan belajar, iya kan?" 

"Ehmm, sejujurnya, Ma... Beberapa hari ini aku malas belajar. Kemarin aku sampai kelupaan PR IPA dari Bu Nadine dan akhirnya ditegur, deh. Mama nggak marah sama aku, kan?" aku Raka. Awalnya ia tidak ingin jujur kepada Mama, tapi entah mengapa ia jadi terdorong untuk mengatakannya.

"Nggak lah, Mama justru senang kamu mau jujur. Mama sangat mengarhai itu," sahut Mama sambil menepuk lutut Raka yang sedang duduk bersila. "Kira-kira kenapa tuh kamu bisa kelupaan sama PR, Ka?"

"Kayaknya.... Main hape, hehehe," akunya lagi. "Kemarin aku dikalahin Ginting mulu, Ma... Terus, karena pengen menang, akhirnya aku terus-terusan main dari pulang sekolah sampai mau tidur. Ginting juga nggak ngerjain PR-nya, lho, Ma."

"Terus, kamu menang nggak setelah menghabiskan banyak waktu itu?" tanya Mama lagi.

"Aku sempat hampir menang tapi... tetep kalah," jawab Raka.

"Nah, kalau gitu sayang banget, ya, waktu yang Raka punya jadi terbuang sia-sia hanya untuk main hape, iya nggak?" tanya Mama lagi. "Udah gitu, bukannya jadi bahagia malahan kesel karena kalah terus. Eh, besoknya malahan dimarahin Bu Nadine karena kelupaan ngerjain PR."

"Bener itu, Ma!"Jawab Raka setuju.

"Terus, hari ini ada PR?" tanya Mama langsung tanpa basa-basi lagi.

"Ngg.... Ada! PR Matematika, Ma...," sahut Raka. "Tapiiii..... aku malas, Ma... aku pengennya...." Raka melirik hape-nya yang diletakkan di atas meja.

"Gini aja, deh. Setelah kita selesaikan PR-nya, Raka boleh main hape satu jam, setelah satu jam Raka harus simpan hapenya di tempat semula dan melakukan kegiatan lainnnya seperti biasa,"

"Kalau dua jam gimana, Ma?" pinta Raka.

"Kamu kan udah main dari abis makan siang, Ka... Satu jam aja, ya," Mama kukuh dengan aturannya.

"Kalau tambah 30 menit, aja? Boleh?" tanya Raka lagi.

"Baiklah, kalau gitu taruh hapenya dan kita mulai ngerjain PR Matematikamu," sahut Mama setuju.

"Yeaaii! Mama memang Mama paling baik!" sorak Raka karena berhasil tawar-menawar dengan Mama.
***

Bandung, 250819



 

You May Also Like

0 komentar

©