#GameLevel10: Bekal Makan Siang (Day 13-Bunsay Pranikah Batch#3)
Jadi ngebayangin kalau nggak punya Ibu dan ada momen harus bawa bekal makanan dari rumah yang buatan Ibumu. Weleeh, sedih bukan? Tapi kalau ada teman-teman yang kasih support rasanya jadi terharu juga, ya... So, yeaaaah! Seperti inilah cerita hari ini....
***
BEKAL MAKAN SIANG
Oleh: Agin Puspa
Jam makan siang akhirnya tiba. Hari ini anak-anak kelas empat SD diminta untuk membawa makan siang dari rumah masing-masing. Suara peralatan makan yang dikeluarkan para siswa dari tasnya saling bergaung, begitu pula aroma makanan yang beraneka ragam langsung memenuhi seisi kelas saat para siswa membuka kotak makannya.
"Baiklah, anak-anak. Selamat makan, semuanya!" seru Bu Nida sambil membuka kotak makan siang yang telah dibawanya.
"Selamat makan juga, Bu!!!!" sambut semua dengan sukacita.
Hanya Adit yang saat itu tampak tidak bahagia. Iya, Adit tidak membwa bekal makan siang seperti yang telah diminta wali kelasnya. Hampir sebagian besar dari teman-temannya membawa bekal makanan yang dibuatkan Ibunya, sayangnya Adit sudah tidak memiliki Ibu lagi. Ibunya sudah meninggal, ia tinggal bersama Ayah dan Neneknya di rumah. Dan Adit sengaja tidak meminta Neneknya untuk membuatkan bekal karena Adit hanya ingin Ibunya yang mempersiapkan itu.
"Wah, apa tuh, Zi?" tanya Gerald penasaran dengan isi bekal yang dibawa Fauzi.
"Apa, ya, ini semacam nasi kepal pakai nori, sih, Ge," jawab Fauzi sambil mengambil satu nasi kepal ala korea yang dibuat Mamanya.
"Mama kamu yang buat?" tanya Yogi.
"Iya, kata Mama ini bekal makan siang ala Korea. Hahaha," jawab Fauzi sambil malu-malu. Mamanya memang pecinta drama korea.
"Mama kamu rajin banget, ya," sahut Gerald. "Bundaku nggak mau ribet, dia cuma bikinin mie goreng dan nugget ayam ini. Nyobain bekalmu, boleh Zi?" tanya Gerald tanpa malu-malu.
"Boleh dong! Nih...," Fauzi menaruh satu nasi kepal ukuran kecil di atas kotak makan Gerald. "Eh, Adit kenapa nggak bawa bekal?" Fauzi melirik Adit yang diam saja saat ketiganya sibuk membicarakan makanan.
Adit hanya menggeleng sambil tersenyum kecut. Teman-temannya sudah tahu kalau Ibunya Adit sudah meninggal karena penyakit Leukemia. Tapi kali ini Adit tidak ingin bilang apa pun tentang alasannya tidak membawa bekal.
Tiba-tiba Fauzi menyerahkan dua kepal nasi, telur gulung dan beberapa lauk lainnya di atas tutup kotak makan siangnya kepada Adit.
"Eh, nggak usah, Zi," ujar Adit menolak dan kikuk.
"Mamaku kebanyakan bikin nih, kamu harus bantu habiskan, ya," ujarnya, Fauzi ingat kalau Ibunya Adit sudah meninggal, mungkin Adit inginnya dibuatkan makan siang oleh Ibunya.
Gerald pun membagi satu potong nugget yang dibawanya. "Ini memang nugget biasa, tapi karen aku yang berikan pasti nggak bisa, kan? Hahaha."
Semuanya tertawa gara-gara kelakuan Gerald.
"Huh, lagaknya si Gerald!" seru Yogi. "Ini ikan fillet bikinan Ibuku, cobain juga ya, Dit," ujar Yogi.
Adit terharu sekaligus bahagia, teman-temannya begitu peduli dengannya. Jika tidak malu, ia mungkin sudah menangis.
"Adit, jangan didiemin makanannya. Ayo kita makan bareng!" ajak Fauzi menyikut lengan Adit.
"Teman-teman... Terima kasih banyak!" sahut Adit dengan mata yang berkaca-kaca dan berusaha agar air matanya tidak jatuh.
"Ayok, cepat habiskan sebelum Gerald menyerang!" Yogi dan teman-temannya terkekeh. Gerald hanya menatap Yogi dengan sinis kemudian tertawa bersama.
Siang itu jadi hari yang paling bahagia untuk Adit.
***
Bandung, 050918
0 komentar