Kekerasan Hanya Ilusi untuk Menyelesaikan Masalah - Halo, Tifa by Ayu Welirang
Blurb
SMK Pratama Putra selalu didominasi murid laki-laki. Tak heran bila di tingkat akhir, Terra dan teman-temannya masih sibuk tawuran. Hingga suatu hari cewek mungil bernama Tifa datang sebagai siswi pindahan.
Dengan sikapnya yang supel Tifa menghidupkan kembali OSIS dan ekstrakurikuler yang selama ini tidak berjalan. Keadaan baru itu membuat Terra gerah dan mulai mencari tahu siapa Tifa sebenarnya. Terutama sejak dua teman Terra melihat cewek itu di sebuah bar bersama seorang pria dewasa.
Di saat bersamaan, seorang alumni STM Tunas Bangsa mulai merencanakan adu domba antara STM tersebut dengan SMK Pratama Putra. Apa yang harus dilakukan Terra dan teman-temannya?
Review
Belakangan ini lagi seneng baca-baca buku fiksi, selain buat hiburan sekaligus buat nyiapin skripsi KLIP akhir tahun nanti. Walaupun masih bingung juga sih, mau nulis fiksi atau non-fiksi, wkwk.
Baiklah, mari kita lanjutkan ke pembahasan bukunya, ya. Buku fiksi ini bergenre Young Adult dengan tokoh utamanya yang masih usia SMA atau dewasa awal. Sesuai blurb-nya, alur cerita yang diangkat dalam novel ini berkisah tentang konflik antar anak-anak SMK dan kasus tawuran yang sering terjadi.
Tentu buat kita yang udah usia 30+ mungkin cukup familiar dengan kejadian tawuran yang sering dilakukan anak-anak setingkat SMK pada masanya. Nah, novel ini berkisah tentang anak SMK yang bernama Terra yang terkenal sebagai ‘preman’ sekolahnya. Yaaaa, mungkin mirip-mirip Dilan-nya lah yaaa, biar mudah membayangkannya.
Terra sudah terkenal sebagai anak yang sulit diatur, bahkan oleh para guru. Walaupun di sisi lain, sebenarnya Terra adalah anak yang cerdas hanya saja dia punya niat yang mulia untuk melindungi teman-temannya dari gangguan anak SMK lainnya. Sekalipun bentuk kebaikannya dengan cara adu jotos dengan murid SMK lain.
Belum lagi, kondisi sekolah yang tidak lagi berjalan normal karena OSIS dan ekstrakulikuler tidak berjalan seperti pada umumnya ada di sebuah sekolah. Hal ini karena siswa SMK yang mayoritasnya laki-laki ini lebih senang tawuran daripada harus mengikuti berbagai kegiatan sekolah.
Memasuki kelas XII, seorang siswi pindahan masuk ke kelas Kontrol Proses A–yang mana kelas ini adalah kelasnya Terra. Tifa mulai berbaur dengan teman sekelasnya yang mayoritas laki-laki ini dan mulai mengamati beberapa fasilitas sekolah yang terbengkalai karena tidak ada lagi siswa yang mau berkegiatan di sana.
Namun, ternyata Tifa ini bukan cuma cewek biasa, Tifa masuk ke SMK Pratama Putra untuk menjalankan sebuah misi. Semua itu akan terjawab di novel ini, jadi baca aja, yaa. Gak mau spoiler, wkwk.
Gak melulu soal tawuran, ya, kita sebagai pembaca juga diajak untuk mengenal istilah-istilah teknik yang biasanya ada di SMK seperti kontrol proses, sistem kontrol, dsbnya. Mungkin yang anak teknik cukup familiar, yaa~
Oh, iya, secara alur cerita novel ini menyenangkan untuk dinikmati. Sayangnya, ada beberapa typo dan inkonsistensi dalam penulisan di novel ini. Sebenarnya, gak fatal sih cuma memang agak mengganggu.
Contohnya saja yang ada di halaman 96 :
…menghabiskan dan menikmati siluet senja sendir.ian di tepi sungai.
Sedangkan, inkonsistensi terjadi dalam penulisan nama tokohnya saat disapa atau dipanggil tokoh lain kadang “Ter” kadang “Terr”. Jadi gak konsisten gitu penulisannya.
Quote Favorit
Buat kami, sekolah ini lapangan bermain. Gue sendiri nggak berhenti mikir, gimana nanti kalo udah lulus. Ketakutan sebagai calon orang dewasa pasti ada. (Hal. 38)
Kekerasan cuma bakal menimbulkan dendam baru. dan menambah ambisi untuk menjadi lebih kuat (Hal. 49)
Kasihan banget jadi cewek, dapet stigma negatif setiap kelakuannya jauh dari normal. (Hal.110)
Pertempuran akan selalu ada jika salah satu pihak tidak mengajukan gencatan senjata. (Hal. 122)
Kadang orang yang merasa dirinya paling kuat harus dikalahkan dulu untuk paham masih banyak orang yang lebih hebat. (Hal. 177)
0 komentar