Belajar Parenting dengan Penuh Cinta - Happy Little Soul by Retno Hening Palupi
Blurb
"Ndak apa-apa, itu namanya be-la-jar." Atau, "Sorry..." seru Kirana sambil tersenyum dengan tatapan mata teduhnya yang siapa pun pasti tak bisa menolaknya.
Please... Sorry... Thank you... adalah kata-kata tulus nan menggemaskan yang kerap disampaikan oleh Kirana ketika bermain. Baginya, belajar dari kesalahan is okay. Dan bagi Ibuk, dia justru banyak belajar tentang sabar dari sang anak, Mayesa Hafsah Kirana.
Life is an adventure. Cerita petualangan Ibuk dan Kirana di Happy Little Soul ini mengajak kita semua‒kakak, adik, orangtua, calon ayah atau ibu, dan sebagai apa pun perannya‒untuk belajar hal-hal sederhana mengenai kasih sayang dan belajar bersama mewarnai kehidupan dengan lebih baik.
Review
Ini kali keduanya membaca ulang buku Happy Little Soul. Saat membaca buku ini rasanya auto happy karena dimanjakan dengan ilustrasi isi bukunya yang gemas. Jujur, ini salah satu yang menarik perhatian saya juga, sih, saat buku ini rame dicari pada masanya.
Sebelum buku ini terbit, saya termasuk salah satu followers-nya Ibuk Retno karena Ibuk rajin banget mengabadikan momen ‘wow’ Kirana yang saat itu kayaknya masih usai berapa gitu, yaa… agak lupa juga pokoknya masih balita yang udah pandai merangkai kata dan menyampaikan kepada Ibunya.
Saat tahu Ibuk Retno lagi menulis buku tentang pengalamannya mengasuh Kirana, saya yang saat itu posisinya masih belum nikah jadi penasaran nih gimana keseharian Ibuk yang sampai akhirnya bikin Kirana punya attitude yang baik dan cerdas.
Sebagai orang tua, mungkin kita punya cara tersendiri bagaimana mengasuh anak-anak yang sesuai dengan visi masing-masing keluarga. Saya bisa bilang, cara Ibuk Retno dalam mengasuh Kirana hasilnya terwujud dalam tindakan Kirana yang sweet dan cerdas.
Salah satu pembahasan yang saya suka adalah tentang cara Ibuk mengapresiasi setiap hal positif yang dilakukan Kirana. Tidak satupun yang dianggap sepele saat anak menunjukkan kemampuannya. Sebagai manusia pada umumnya, kita memang membutuhkan rasa ini, bukan? Alangkah baiknya jika mulai lebih peka dengan apa pun hal positif yang dilakukan anak-anak.
Memberi penghargaan kepada anak, apapun bentuknya, pasti meninggalkan kesan positif dalam diri mereka. (Hal.69)
Menghargai mereka tidak sama dengan m emanjakan. Anak kita pantas mendapatkannya atas usaha keras mereka. (Hal. 69)
Kalau menurut Ibuk, saat usia Kirana menuju tiga tahun, ada juga momen-momen Kirana tidak mau berbagi mainan bersama temannya atau Kirana asik sendiri bermain dengan satu teman. Saat itulah Ibuk ambil peran dan sangat peka dengan situasi yang terjadi sehingga mampu mengembalikan suasana bermain yang menyenangkan. Salut banget sama Ibuuk~
Cara menasehati Kirana yang cukup ampuh, yaitu dengan mendongengi cerita yang dikarang Ibu sendiri yang berkaitan dengan apa yang sudah dialami Kirana. Kata Ibuk, menasehati anak dengan cara menyenangkan. Tentunya, ada lagi pesan-pesan dari Ibuk–yang menurut saya bener banget, yaitu:
Kuncinya hanya sabar dan yakin bahwa anak akan mengerti tanpa harus dimarah-marahi. Menyampaikan pesan dengan nada suara lembut dan menyenangkan mereka bisa menjadi pilihan yang lebih baik. (Hal. 108)
Coba, yang sudah ibuk-ibuk dan punya anak toddler apakah relate pesannya Ibuk Retno ini? Wkwk. Pasti relate, ya. Hanya saja pada praktiknya memang akan sangat menantang. Semangat para ibu-ibu hebat~
0 komentar