Persahabatan, Kisah Cinta, dan Kekuatan Supranatural - Tongkat Ajaib Lolita “My Dearest Prince” by Karla M. Nashar
Blurb
Pada tahun kedua sebagai pewaris kekuatan keluarganya, kehidupan Lolita semakin riuh rendah oleh berbagai kejadian aneh yang harus dihadapinya dengan tabah.
Kali ini Lolita mendapat tugas untuk menolong kedua sahabatnya yang sangat membencinya. Charlotte yang tingkahnya semakin hari semakin aneh, serta Lili yang ternyata dikuntit makhluk gaib yang ingin menculiknya.
Namun yang paling bikin Lolita bingung adalah perasaannya terhadap Dharma. Anehnya, sejak pulang dari Australia Lolita merasa dongeng tua tentang pangeran kodok itu benar-benar jadi kenyataan.
Lalu bagaimana dengan Rio, cowok keren yang meminta Lolita jadi pacarnya? Dan Ina, yang jelas-jelas naksir berat sama Dharma?
Review
Buku ini udah lama nongkrong di rak buku saya, tapi kayaknya baru akhir-akhir ini ke ‘notice’ dan gak pernah ingat pernah baca buku ini atau enggak. Satu yang saya ingat, dulu beli buku ini karena lagi ada cuci gudang di Gramedia dan harganya diskon jadi Rp10.000 atau Rp15.000 gitu.
Akhirnya, buku ini sudah selesai dibaca, mari kita ulas bersama-sama. Oke, buku ini kategorinya fiksi remaja jadi tentu aja alur ceritanya lebih ringan dan mudah dimengerti-lah.
Gak jauh-jauh dari kisah persahabatan, percintaan, dan tokoh utama yang bernama Lolita ini punya kekuatan supranatural yang didapatnya secara turun temurun.
Lolita sebenarnya punya kemampuan untuk baca pikiran orang dan menghadapi makhluk gaib dengan tongkat saktinya. Namun, ia punya prinsip untuk tidak menggunakan kemampuan membaca pikiran untuk kepentingan pribadinya.
Begitupun saat ia dekat dengan teman satu sekolahnya di SMA yang bernama Dharma. Mulanya, Lolita dan Dharma memang hanya berteman, apalagi Dharma tipikal teman yang bisa diandalkan terutama saat hubungan persahabatan Lolita dan kedua temannya (Lili dan Charlote) merenggang gara-gara Lolita berteman baik dengan Dharma yang secara ekonomi memang tidak sekaya ketiganya.
Konflik semakin rumit sekembalinya Lolita dari student exchange di Australia. Tiba-tiba saja, Rio–si anak basket yang terbilang cowok populer, menyatakan cinta setelah sekian lama naksir Lolita dan saat pikiran Lolita kalut dengan Dharma, Lolita tidak menyadari bahwa ia sudah meng-iya-kan ajakan Rio untuk berpacaran dengannya.
Sementara itu, kekalutan Lolita terjadi karena saat di pesta ulang tahun Ina, secara mengejutkan Dharma hadir di sana padahal sehari sebelumnya saat telponan dengan Dharma, Dharma bilang masih di Jogjakarta.
Tanpa Lolita tahu, ternyata Dharma sudah ada dihadapannya menghadiri ulang tahun Ina. Entah kenapa, Lolita merasa bahwa ada kedekatan yang tidak biasa antara Ina dan Dharma di malam itu, tapi Lolita berusaha untuk tidak terusik dan tergoda menggunakan kekuatannya untuk membaca pikiran Dharma.
Tebakan Lolita akhirnya terjawab saat Ina datang ke rumahnya, untuk menanyakan tentang kedekatan Lolita dan Dharma. Ina pada akhirnya mengakui bahwa ia menyukai Dharma dan jika Lolita hanya berteman dengan Dharma, Ina bilang ingin mendekati Dharma dan punya hubungan yang lebih dari sekadar teman.
Ini baru kisah cinta-cintaannya aja, sebenernya ada yang lebih seru lagi, yaitu konflik persahabatan antara Lolita, Lili, dan Charlote–yang mungkin pernah kita alami saat sekolah dulu. Pada akhirnya, ketiga sahabat ini kembali bersama setelah mengalami sebuah kejadian yang membuat ketiganya kembali bersahabat.
Selama membaca novel ini, saya gak menemukan typo sedikit pun. Rapi banget tulisannya. Saya pribadi agak kurang puas juga dengan bagian endingnya, sih. Disebutkan katanya sejarah turun temurun keluarganya Lolita adalah:
“Larasati Brahmadiningrat dan Suryadharma pernah mengalami hal itu. Begitu juga Sekardewi Brahmadiningrat dan Aryadharma. Sekarang tinggal menunggu waktu saja sampai hal yang sama terjadi pada putri tunggal mereka–Lolita Brahmadiningrat dan Putra Dharmansyah.” (Hal.183)
Apakah maksudnya Lolita dan Dharma akan berjodoh karena garis takdir mereka sudah tercatat begitu? Jawabannya gak tahu, karena ending di buku ini beginilah akhirnya. Bikin penasaran sebenarnya.
Saya pun belum mencari tahu apakah mungkin ada buku lanjutannya? Bisa jadi memang ada buku lanjutannya atau bisa jadi memang endingnya dibikin menggantung aja seperti itu.
So far, membaca buku fiksi genre Teenlit ternyata hiburan banget, ditengah gempuran buku-buku non-fiksi yang butuh 100% fokus.
0 komentar