[Reviu Buku] Menikmati Rangkaian Cerita Tanpa Rencana dari Dewi Lestari

by - 5:13 PM


Blurb

Tanpa Rencana merupakan karya antologi Dee yang keempat. Tajuk antologi ini dipilih untuk menggambarkan proses kreatif unik Dee saat menuliskan karya-karya di dalamnya. Dee menggarap ide-ide yang terbesit spontan, tak jarang ditulis sekali jadi. 

Kendati demikian, kumpulan cerita dalam Tanpa Rencana begitu kaya akan makna. Berbagai perenungan mendalam tentang hidup, kematian, kehilangan, penerimaan, dan spiritua;itas, kembali berhasil diolah Dee menjadi cerita pendek sertya puisi naratif yanng renyah, lincah, sekaligus menyentuh.


Reviu Buku

Identitas buku Tanpa Rencana

Buku kumpulan cerita ini terdiri dari delapan belas cerpen yang ide tulisannya datang dengan spontan alias tanpa rencana. Kalau menurut Mak Suri—sebutan para fans untuk Dewi Lestari, seringkali saat membuka laptop ia masih belum tahu apa yang akan ditulis.

Satu pembeda lagi dari proses kreatif Mak Suri dalam menulis Tanpa Rencana adalah ia mengundang para pembacanya untuk memberikan ide-ide cerita yang nantinya ia olah menjadi cerpen. Ini adalah hal yang tidak pernah Mak Suri lakukan di buku-buku sebelumnya.

Dari 500-an ide yang masuk, terpilihlah tiga ide yang akhirnya mendapatkan hadiah berupa intimate dinner bersama Dewi Lestari. Seru, ya? Tiga ide itulah yang akhirnya menjelma menjadi tiga cerpen dalam buku ini, salah satunya yang berjudul The Supernova Lounge karena ini yang paling banyak dibicarakan.

Saya gak akan spill semua ceritanya, kok, nanti jadinya spoiler banget yak, wkwk. Cuma pengen spill judul-judul cerpen yang ada di buku ini aja, yaitu:

  • Asam Garam
  • Aku Perlu Tahu
  • Tanpa Banyak Pilihan
  • Tentang Jakarta
  • The Supernova Lounge
  • Kita yang Terurai
  • Surat Cinta di Botol Kaca
  • Di Balik Papan Tik
  • Malam Sehitam Aspal
  • Kepada Suhail di Kota Batu
  • Musafir
  • Temu & Power Rangers
  • Bapak, Aku Mencoba
  • Garis Pemisah
  • 48
  • Doa Orang Sulit Percaya
  • Mesin Waktu
  • Transendensi Ampas Insani

Nah, buat saya pribadi, cerita yang paling saya suka adalah Surat Cinta di Botol Kaca, Musafir, dan Doa Orang Sulit Percaya. Mari kita spoiler dikit ketiga cerita ini, yaak. Dikit aja kok, janjiiii...😁

Surat Cinta di Botol Kaca berkisah tentang sepasang sahabat yang sudah menginjak 40-an tahun dan keduanya ada dalam hubungan persahabatan yang saling nyaman namun ternyata keduanya menyimpan perasaan cinta. Nah, kehidupan keduanya ini berbeda jauh yang satu pernah menikah punya anak dan bercerai, sedangkan sahabatnya sekian lama melajang hanya menjalin hubungan dengan wanita-wanita yang ditemuinya melalui dating apps.

Musafir berkisah tentang seseorang yang selalu bepergian sendiri atau solo traveling dari satu tempat ke tempat lain selama empat bulan terakhir. Dalam setiap perjalanannya, ia selalu mengenang seseorang (mungkin maksudnya pasangannya, ya) yang ia anggap sebagai 'akarnya'. Ada satu quote yang berkesan di hati saya, yaitu "Kita tak lagi sejalan. Aku tak tahu ke mana jalanmu. Namun, aku perlu tahu ke mana jalanku.".

Doa Orang Sulit Percaya berkisah tentang seseorang yang sedang bermonolog tentang dirinya yang mencoba untuk berdoa kepada Yang Maha. Ini sebenarnya bisa jadi kajian yang mendalam karena membahas tentang kegiatan berdoa yang bukan jadi perkara sederhana bagi seseorang yang sulit percaya akan adanya Sang Maha. 

Kurang lebih seperti itu reviu buku Tanpa Rencana yang bisa saya bagikan. Buku ini cocok banget buat Buibuk yang punya waktu sedikit tapi pengen kembali membaca buku. Berhubung ini cerpen jadi dalam waktu 10-30 menit aja bisa selesai dibaca satu sampai tiga cerpen tergantung panjang cerpennya.


Serba-serbi yang Tanpa Rencana juga

Buku ini sudah sejak tahun lalu saya beli dengan tanpa rencana juga. Gegara lagi iseng buka IG dan di beranda saya muncul postingan dari sang penulis yang lagi buka pre-order untuk karya terbarunya. 

Saat itu ada 3 paket yang ditawarkan, saya agak lupa sih, ya, per paketnya dapet apa aja.. Pokoknya yang paling mahal itu bukunya hard cover bertanda tangan dengan macam-macam lainnya. Sedangkan yang paling murah itu hanya berisi buku soft cover bertanda tangan saja. 

Promo pre-order ini kebetulan berlangsung di awal November—yang mana bulan tersebut adalah bulan lahir saya, jadi kepikiran untuk menghadiahi diri saya sendiri dengan beli buku-bukunya Dewi Lestari. Jadilah saat itu pilihan saya jatuh kepada Tanpa Rencana dan Aroma Karsa.

Tapi karena banyak ina-inu-ina-inu, baru satu tahun berikutnya saya selesaikan buku ini. Iya, baru di September 2025 ini saya akhirnya melahap semua isinya dan bisa menulis reviunya hari ini.

Saya suka banget karya-karyanya Dewi Lestari dan hampir punya semua bukunya, cuma novel Rapijali Series aja yang gak saya punya. Alasan sesimpel karena kurang tertarik aja sama ceritanya. Tapi semua buku kumpulan cerita yang ditulis Dewi Lestari, saya koleksi semuanya😄.

Begitulah, reviu buku kali ini.. semoga masih bisa menamatkan satu atau dua buku lagi sebelum tutup tahun. Semangat baca buku mamak-mamak keren~

You May Also Like

0 komentar

©