Mendidik dan Mengabdi
Oleh : Agina Puspanurani
Indonesia membutuhkan
perubahan yang dapat menggerakkan roda pemerintahan kembali berjaya. Perubahan
tidak dapat terjadi jika para generasi muda hanya berdiam diri bahkan menjadi
penonton kebobrokan negeri ini. Harus ada usaha keras dan aksi nyata agar
terwujudnya perubahan kearah lebih baik. Terlebih lagi dengan perayaan Hari
Pahlawan yang bertepatan pada 10 November, semangat yang diusung para pahlawan
Indonesia seharusnya menjadi motivasi bagi mahasiswa untuk terus membangun
negeri ini.
Disinilah
peran mahasiswa dipertanyatakan. Apakah title-nya
sebagai mahasiswa layak disandang? Apa yang telah mereka lakukan setelah
menjadi mahasiswa? Atau alih-alih sebutan mahasiswa hanya sebatas status untuk
menyamarkan keadaan sesungguhnya sebagai pengangguran?. Tentu saja, mahasiswa
bukan lagi anak sekolahan yang bertingkah ‘semau gue’ atau bertindak acuh
dengan sekitarnya. Jika masih ada yang demikian, status kemahasiswaannya hanya
berperan secara harfiah saja.
Lalu
peran apa yang harus dilakoni sebagai mahasiswa? Melakukan demonstrasi? Tidak
selamanya demonstrasi menjadi jawaban untuk menegaskan posisi mahasiswa dalam
melakukan perubahan. Apalagi jika aksi demonstrasi itu diiringi dengan
perusakan saran publik atau mengganggu ketertiban lalu lintas. Maka demonstrasi
yang tadinya diniatkan untuk perubahan atau menentang kebijakan penguasa seolah
menjelma menjadi aksi arogan bahkan terkesan premanisme.
Mari
sejenak kita kaji lebih mendalam, ada banyak hal yang dapat dilakukan mahasiswa
untuk membangun negeri ini sehingga terjadi perubahan. Salah satu pilihannya
adalah mengabdi dan mendidik. mengabdi kepada masyarakat dimana mereka
(mahasiswa) tinggal menjadi pilihan yang dapat dilakukan untuk membenahi sistem
pemerintahan mulai dari tingkat karang taruna, RT/RW, bahkan desa. Begitupun
dengan aksi-aksi sosial atau pembinaan yang melibatkan masyarakat sehingga
mereka memiliki keahlian dari pengajaran/pelatihan yang dilakukan mahasiswa.
Inilah salah satu usaha yang dapat dilakukan mahasiswa menuju perubahan secara
nyata.
Selain
itu, mendidik generasi penerus bangsa adalah upaya lain yang dapat ditempuh
mahasiswa dalam membangun negeri. Jauh diberbagai pelosok negeri ini, masih
banyak anak-naak Indonesia yang belum mengecap pendidikan secara layak. Kita
tengok di pedalaman Sukabumi, Garut, Tasikmalaya dan daerah lainnya yang pernah
ditayangkan media massa akhir-akhir ini, anak-anak harus menempuh ribuan
kilometer bahkan nekat menyebangi sungai atau jembatan gantung yang tidak layak
digunakan untuk sampai di sekolahnya.
Kehadiran
mahasiswa di tempat-tempat tersebut sangat dibutuhkan, inilah bentuk nyata yang
seharusnya dilakukan mahasiswa untuk membangun negeri. Bukan hanya mengumbar
aspirasi, atau berkoar-koar di depan gedung MPR/DPR melalui demonstrasi. Meskipun
aksi tersebut tidak sepenuhnya disalahkan. Namun akan lebih baik jika usaha
membangun negeri ini dilakukan mahasiswa dengan cara yang lebih bermanfaat
melalui mengabdi dan mendidik masyarakat.[]
Artikel ini pernah dimuat pada Harian Umum Koran SINDO Jabar dalam rubrik Poros Mahasiswa Edisi Jumat 15 November 2013.
0 komentar