Hari ini genap sebelas
hari sejak saya berada di Kiarakoneng I (Dusun 2) bersama keluarga Pa Ade yang
akrab dipanggil Pa Ucok. Selama sebulan kedepan kami menempati rumah Pa Ucok
yang berada bersebelahan dengan rumah orangtuanya. Rumah ini memang kosong
sejak Pa Ucok bercerai dengan istrinya, tapi selalu dibersihkan oleh beliau.
Pa Ucok tinggal bersama
tiga anggota keluarga di rumah orangtuanya. Mereka terdiri dari Aki dan Emak
(orangtua Pa Ucok), serta Endah (anak Pa Ucok yang berusia sembilantahun atau
kelas 4 SD). Beberapa hari yang lalu, saya sempet jenuh dengan teman-teman satu
kelompok. Masalah biasa sebenarnya, tapi saya males untuk berdebat dan
mendebat. Akhirnya (lagi-lagi) saya memilih untuk diam dan ngungsi ke rumah
Emak.
Kebetulan, Emak lagi
duduk di dapur sambil menerawang ke luar pintu yang selalu terbuka dari
dapurnya. Iseng-iseng, saya duduk disampingnya sambil ngajak beliau ngobrol.
Dari sana, mengalirlah cerita tentang kehidupan Emak. Emak Ii, asli orang
Talagasari. Beliau sejak lahir tinggal di desa ini sedangkan Aki berasal dari
Purwakarta yang akhirnya setelah menikah tinggal di desa ini. Emak memiliki
lima orang anak, yang saat ini kelimanya masih hidup dan tinggal tidak jauh
dari tempat tinggal Emak. Yap, masih di Desa Talagasari. Nah, Pa Ucok adalah
anak ketiga Emak Ii.
Emak berusia 60 tahun
dan punya penyakit jantung. Tiga bulan yang lalu sempat dirawat di rumah sakit
karena kambuh. Sedangkan usia Aki pun sama sekitar 60-an lebih (usia pastinya
saya kurang tau karena belum sempet nanya, Hehe). Aki punya penyakit asam urat
sejak setahun yang lalu. Setahun yang lalu Aki ga bisa ngapa-ngapain –istilah
lainnya lumpuh-, ke kamar mandi harus digotong, mandi harus dibantu. Alhamdulillah,
sekarang udah bisa jalan walaupun dibantu tongkat (iteuk-bahasa sunda).
Keseharian Aki biasanya nongrong depan rumah. Biasanya pagi-pagi sama sore hari
kalau cuacanya cerah, kadang ditemenin Emak, kadang sendirian.
Kata Emak, waktu masih
sehat Aki sering berangkat ke sawah. Mulai dari nanam padi, manen, nanam
macam-macam sayuran, nyabutin rumput, dsb. Tapi sejak terkena asam urat,
aktivitas seperti itu tidak bisa lagi dilakukan Aki. Begitupun dengan Emak,
sejak penyakit jantungnya kambuh, Emak jarang ke sawah. Paling-paling ke
sawahnya kalau lagi panen. Aktivitas
Emak kalo engga beres-beres ya masak di dapur. Aktivitas ibu-ibu pokoknya.
Rindu
Rumah
Saya juga sempet curhat
pengen pulang, Hehe. Dan Emak juga pernah merasakan hal yang sama waktu beliau
merantau ke Jakarta. Karena ga betah disana akhirnya Emak pulang kembali ke
Desa ini. Hmm, rumah memang dermaga tempat kita kembali kapanpun itu. Kami
bersembilan pun demikian, tidak ada seorangpun yang tidak merindukan rumah.
Yap, rumah memang surga. Disana ada Ibu, Ayah, Adik-Kakak.
Sebelas hari berlalu,
satu persatu temen sekelompok saya mulai izin pulang. Mulanya Jay (Jayanti)
yang pulang karena ibunya masuk rumah sakit, Jay izin sekitar tiga hari di
minggu pertama. Memasuki sepuluh hari, Ida pun izin untuk pulang ke rumahnya
yang di Subang, besok (Senin) baru kembali lagi ke posko. Tirta dan Riswan
pulang pada hari yang sama, hari Sabtu, keduanya pulang untuk membawa
transportasi berupa motor sebagai alat transport buat kelompok kami. Selain
itu, hari seninnya Tirta ada SUPS (Seminar Usulan Proposal Skripsi). Keduanya
baru balik lagi hari Selasa. Dan di hari ini (hari Minggu), Dini pun pulang,
dia pulang untuk berobat dan balik lagi hari Selasa.
Tinggal saya, Epon,
Mardi, dan Kang Leman yang sepertinya tidak ada izin pulang. Kang Leman,
pastinya –betapapun dia ingin pulang, sebagai ketua, dia harus merelakan
dirinya tetap tinggal di posko-. Epon masih belum pasti sebenernya, dari
beberapa hari kebelakang terlihat dia amat ingin pulang. Ada kemungkinan
-sepertinya- Epon akan pulang. Mardi si Abang dari Medan, kalo engga
penting-penting banget kayanya dia juga ga bakalan pulang ke kosan sih. Dan
saya? Kemungkinan besar saya pun ga akan pulang. Pertama, karena ga ada orang
yang sedang/akan nunggu saya kecuali orangtua saya. Kedua, karena akses
kendaraan umum yang sangat jarang dan cukup jauh juga membuat saya males move dari posko, Hahaha.
Iya, saya rindu. Rindu
dengan segala aktivitas rumah. Tapi di tempat ini, di tempat yang masih asing
ini, saya banyak belajar, banyak mendengar dan banyak memahami. Baik itu
tentang masyarakat, pertemanan, kerjasama, suka-duka, berbagi bersama
anak-anak, berbagi bersama orangtua … Saya banyak belajar. Ini baru permulaan
bukan? Di Indonesia Mengajar, pasti tantangannya jauh leb ih rumit dari di
tempat ini. Aah, ayo bertahan … cuma sampai akhir bulan ini.
-Talagasari, 090314-
0 komentar