No Drama-drama, Inilah Secuil Tips Persahabatan Awet sampai Puluhan Tahun

by - 7:26 AM


Apakah kamu masih sering bertukar kabar atau bahkan rutin meet up dengan sahabatmu dari zaman putih merah sampai kuliah? Kalau jawabannya 'iya', seelamaaaat... kamu dan sahabatmu memang ditakdirkan berjodoh dalam satu ikatan yang kuat.

Sejujurnya, bagi perempuan di usia saya yang sudah kepala tiga ini, agak tricky untuk menjalin persahabatan dengan wanita yang usianya sama. Kenapa hal ini disebut tricky?

  1. Perempuan di usia 30+ biasanya lagi sibuk-sibuknya membangun keluarga. Mulai dari yang baru menikah, baru punya bayi, drama meng-ASI-hi, pusing dengan para toodler, seleksi memilih sekolah anak, mengupayakan financial stable, dan drama-drama kehidupan rumah tangga lainnya.
  2. Tidak hanya sibuk membangun keluarga, bagi para perempuan yang berkarir pun di usia 30+ ini semakin fokus mengerjakan berbagai job desc nine to five dan segera pulang untuk bisa bertemu dengan keluarga di rumah.
  3. Kalaupun belum menikah, biasanya di usia 30+ ini akan menyibukkan diri dengan berbagai aktivitas yang mungkin bisa menghasilkan cuan-cuan. 

Jadi, tentu saja untuk bisa punya sahabat baru yang se-frekuensi dengan yang seusia ini memang bukan lagi menjadi prioritas utama. Kesempatannya tidak seterbuka saat masih sekolah atau kuliah. Kita punya banyak waktu untuk menjalin pertemanan dan persahabatan.

Kalau diingat-ingat lagi, saya pun selalu punya sahabat dekat dari mulai SD sampai kuliah. Namun setelah puluhan dan belasan tahun berlalu, rupanya setiap orang itu ada masanya dan kalau masanya sudah berakhir, ya sudah... berakhir aja.


Tapi, Apakah Penting Punya Sahabat di Usia 30-an?

Sumber foto: Pexels/Elina Fairytale

Pertanyaannya bukan penting atau tidak penting, tapi adakah manfaatnya? Buat saya pribadi, punya sahabat yang se-frekuansi tentu aja lebih menyenangkan dan ada manfaatnya.

Saya si ambivert ini, masih membutuhkan orang lain (selain suami saya) untuk mengisi baterai sosial. Apalagi saya fulltime housewife yang 24/7-nya selalu di rumah dan cuma punya suami sebagai teman ngobrol.

Dengan punya sahabat dekat, saya merasa punya ruang untuk berbagi, belajar, dan mendengarkan. Saya senang bisa mendengar kabar baik dari para sahabat atau jadi tim pukpuk yang memberikan tisu saat para sahabat menceritakan kabar yang tidak baik.

Mengutip dari laman Healthline, ada beberapa manfaat yang didapatkan saat kita punya hubungan persahabatan, diantaranya:

  • Mengurangi rasa kesepian. Ini mungkin sangat terasa buat bu-ibuk rumah tangga yang hampir seharian ditinggal suami bekerja atau sehari-hari hanya momong anak aja di rumah. Dengan adanya sahabat, kita bisa loh untuk janjian ketemu untuk sekadar berbagai cerita dan tetap menjaga kewarasan.
  • Punya supporter yang bisa mendengarkan saat kondisi stres mulai menyerang. Hidup kan banyak banget skenarionya, ya, kadang ada aja yang bikin jengkel dan sedih. Maka dari itulah, punya sahabat yang mau mendengarkan (sekalipun tidak memberikan solusi) tentu akan melegakan untuk kondisi yang tidak baik.
  • Punya circle yang positif untuk membuat hidup lebih baik. Seperti saling mengingatkan tentang kebaikan, memberikan saran untuk menghentikan kebiasaan buruk, bahkan punya kegiatan bersama seperti olahraga bareng.

Gimana nih... yang punya sahabat sampai hari ini apakah merasakan manfaat-manfaat tersebut?


Secuil Tips biar Persahabatan Awet Puluhan Tahun

Sumber foto: Pexels/Elina Fairytale

Ada hal menarik yang sepatutnya saya syukuri, di usia 30-an ini saya masih punya sahabat dekat yang masih bisa rutin bertemu entah itu ngumpul di rumah salah satu sahabat, janjian di coffeeshop terdekat, atau sekadar jalan-jalan cuci mata.

Saya masih tinggal di lingkungan masa kecil saya dan beberapa teman sekolah saya pun ada yang masih tinggal di wilayah yang sama. Jadi, kami masih punya kesempatan untuk sesekali ketemu. Gak selalu tiap bulan, tapi setiap janjian hampir selalu bisa.

Beberapa hal yang menurut saya bikin persahabatan kami dari zaman SMP/MTs belasan tahun sampai sekarang udah jadi mamah muda tiga puluhan tahun, yaitu:

  1. Respect each other. Ini satu hal penting yang bikin persahabatan saya awet. Saya dan para sahabat bisa jadi punya perspektif yang berbeda tentang hal tertentu dan itu gak apa-apa banget. Namun, tetap untuk saling menghargai pendapat dan value yang dipegang masing-masing. Tidak memaksakan pendapat dan menganggap itu yang paling benar. No-no-no yaa, Buund~
  2. Meminimalisir drama pinjem-dulu-seratus. Saya pribadi termasuk yang paling menghindari untuk memberikan utang atau piutang kepada sahabat. Saya gak pengen persahabatan jadi renggang atau bubar gara-gara drama yang berhubungan dengan uang. Ini bikin gak nyaman pastinya. Jadi, pastikan punya manajemen keuangan yang baik dan kalaupun kepepet banget harus berhutang, saya akan coba ngobrol dengan orang tua atau keluarga terdekat dulu.
  3. Berani untuk menyampaikan 'gak bisa ikut' jika memang waktu meet up berbenturan dengan prioritas kita. Saya dan para sahabat termasuk yang sangat terbuka dan bisa memahami jika salah satu dari kami ada yang tidak bisa ikut meet up. Kebetulan, kami sama-sama punya value bahwa nomor satu itu adalah anak dan suami. Jadi, kami biasanya akan cari waktu yang semuanya bisa ikut atau biasanya dadakan, hahaha.

Katanya semakin tua usia, semakin berkurang jumlah sahabat. Itu ada benarnya, sih. Dari sekian banyak sahabat mungkin hanya satu atau beberapa saja yang benar-benar rutin berkomunikasi atau bertemu secara langsung.

Alangkah berharganya masih punya sahabat yang bisa diajakan komunikasi bahkan ketemuan untuk sekadar hahaha-hihihi atau mengeluarkan 20.000 kata yang masih terpendam. 

Kalau kamu, kapan terakhir kali ketemu ngobrol dan ketemuan dengan para sahabat?



==============

Referensi:

You May Also Like

0 komentar

©