#FF : Mengejar Ambisi
Aku mengetuk pintu rumah itu. Padahal entah sudah berapa kali pertemuan ini selalu berakhir dengan membatalan dari pihakku.
"Disty!" seorang wanita dengan daster dan rambut yang diikat ke belakang menyambutku dengan sumringah. Bau ASI seolah menjadi parfum yang ia gunakan saat ini.
"Gea, gue kaget banget," ujarku setelah nyonya rumah mempersilakanku masuk dan membawa beberapa camilan serta teh hangat. "Are you seroius?" bisikku.
Gea hanya terkekeh sebagai tanggapan atas ucapanku. Aku yakin ia paham arah perbincaraanku saat ini. "Gue serius, Dis. Malah gue merasa nggak pernah seserius ini."
"Bentar, deh... Lo lupa sama ambisi lo, ya?" Aku mengernyitkan dahi, mengapa ada begitu banyak perubahan dalam dirinya.
"Dis, sekarang gue ngerti kenapa selalu ada dilema bagi seorang wanita antara berkarir dan sepenuhnya menjadi Ibu Rumah Tangga...," jawabnya. "karena keduanya memang pilihan sulit jika memilih dengan logika,"
"Gea, lo akan dipromosikan sebagai Pimpinan Redaksi program berita paling keren di Indonesia! Are you not interest with it?" Mulanya, kupikir keputusan Gea untuk menikah tidak akan berujung pada surat resign.
"Untuk kondisi gue yang saat ini, anak jauh lebih membutuhkan gue dibandingkan program berita. Gue nggak menampik kalau ambisi gue memang masih ada, tapi gue sadar ada generasi masa depan yang menanti untuk gue didik sepenuh hati. Mendidik calon pemimpin masa depan jauh lebih menantang untuk gue," jawabnya sambil tersenyum semringah.
"Nah, yang kek begini bikin gue males kawin. It's too complicated, right?" seruku terdengar sedikit frustrasi.
"It's ok...," sahut Gea sambil menepuk bahuku dengan lembut. "Akan ada masanya lo menemukan seseorang yang dengannya lo rela untuk meninggalkan apa pun yang sedang lo jalani... Dan akan ada masanya lo merasakan pengalaman luar biasa saat bertemu dengan seseorang yang bahkan belum lo tahu wujudnya, tapi lo udah jatuh cinta. Semua itu nggak akan bisa lo dapatkan kalau lo masih sendiri dan terlalu sibuk dengan dunia lo, Dis,"
Gea menggenggam tanganku erat. Ada kehangatan yang menjalar dalam hatiku. Aku sadar sepenuhnya, bahwa ambisinya masih tetap menyala namun bukan lagi untuknya sendiri.
Bandung, 251017
0 komentar