Sebagai orang dewasa rasanya ada aja yang bikin kita lupa untuk menyampaikan pesan atau amanat seseorang yang dititipkan kepada kita. Apalagi kalau kegiatan kita menumpuk, pasti makin kelupaan deh. Yang lebih parah adalah kalau kita diamanati uang orang yang harusnya orang itu digunakan untuk membayar infaq atau hutang kepada orang lainnya kemudian kita lupa. Wuaahh! Bahaya banget ini!
So, semoga lewat cerita ini kita sebagai orang dewasa pun bisa belajar kalau sebuah amanat itu snagat penting untuk segera disampaikan. Happy reading!
***
LANGSUNG KASIH MAMA
Oleh: Agin Puspa
"Baiklah, anak-anak... semua sudah kebagian?" tanya Bu Erin setelah berkeliling ke seluruh meja anak didiknya untuk membagikan surat persetujuan dan agenda study tour untuk anak-anak kelas 6 SD.
"Sudaaaaahahhhhh!!!!!" jawab anak-anak serempak. Mereka sudah tidak sabar untuk menikmati study tour selama dua hari satu malam di alam terbuka.
"Bu, perlengkapan yang harus dibawa sudah ada di sini, ya?" tanya Risa yang baru saja menerima surat untuk orangtuanya.
"Iya," jawab Bu Erin. "Anak-anak, semua hal yang berkenaan tentang study tour sudah ada, ya, dan yang penting adalah surat izin ini harus diisi dan ditandatangani oleh orangtua baik Ayah atau Ibu kalian. Ingat, langsung kasih ke orangtua sepulang sekolah!" tegas Bu Erin.
Dua hari berikutnya, Bu Erin mengecek kembali surat izin yang harus diisi oleh orangtua siswa dan membicarakan persiapan anak-anak.
"Loh, surat izin punya Romi mana?" tanya Bu Erin, langsung melirik Romi yang tadi sedang asyik bercanda dengan Musa.
"Suu...raaat? Yang mana, ya, Bu?" Romi balik bertanya dengan wajah bingung.
"Aduuuuh, Roomiii.... Surat izin yang harus diisi oleh orangtuamu. Yang Ibu bagikan dua hari lalu sebelum pulang sekolah. Kamu lupa?" tanya Bu Erin.
Romi langsung mengaduk-aduk isi tasnya dan mengeluarkan satu per satu di atas meja belajarnya. Ia menemukan gundukan kertas yang sudah terlipat dan kusut tidak karuan. Romi membukanya perlahan.
"Hehe, Bu Eriinn.... yang ini, ya?" ujar Romi cengengesan.
Bu Erin meraih kertas yang disodorkan Romi dan membacanya sekilas. Bu Erin tadinya ingin melotot namun ia sadar itu bukan perbuatan baik. Ia hanya menghela napas.
"Romi.... Romii.... Kebiasaan jelek ini jangan diulang terus, lho. Gimana kalau kamu nggak bisa berangkat gara-gara nggak ada surat izin? Kan kamu sendiri yang rugi," sahut Bu Erin.
"Iyaa... Maaf, Bu... Apa suratnya masih bisa dikumpulkan besok? Aku nggak akan lupa lagi, Bu. Janji!" kata Romi dengan dua jari yang diangkat dan membentuk huruf V.
"Baiklah, besok Ibu tunggu, ya," ujar Bu Erin.
Romi bertekad memberikan surat izin ini kepada Mamanya. Iya, ia harus langsung memberikannya kepada Mama.
***
Bandung, 011918