Hari ini masih melanjutkan kisahnya Rumah Mande yang ternyata punya banyak nilai positif yang diambil dari kisahnya. Pagi tadi saya berasa bosen dengan rutinitas biasanya. Dari pagi saya coba baca Rumah Mande dan akhirnya sampai di halaman 80-an, setelah itu ke-skip karena saya bantuin Mama bikin Sarikaya yang enak beuuutt tapi seriusan... Bikin berat badan nambah! HAHA.
Jadi, kisahnya bener-bener ngingetin sama Almarhumah nenek saya. Aseli! Apalagi bagian kakeknya Upik---salah satu tokoh yang ada di novel Rumah Mande yang nikah lagi dan bikin neneknya sengsara. Itu sama persis kayak alur kehidupannya nenek saya. Bedanya, kalau neneknya Upik berani mengambil langkah untuk cerai.
Banyak bahasa daerah Padang yang bermunculan dan jadi pengetahuan baru buat saya kayak kata Apak itu panggilan buat paman dalam bahasa Padang, Mande artinya Ibu, dan banyak lagi istilah-istilah daerah yang diangkat dalam novel ini. Kisahnya menarik karena bertema keluarga. Kadang, suka kepikiran kalau nanti saya menikah dan ternyata suami saya punya istri kedua. Saya mesti gimana, ya?
Kalau nurutin ego-nya seorang wanita, siapa sih yang rela suaminya dibagi dengan wanita lain? Tapi kalau melihat perspektif agama memang membolehkan seorang suami untuk berpoligami asal ADIL. Catatannya, ADIL. Adil dalam segala hal tentunya. Hahaha, ini kenapa jadi ngomongin poligami coba? Ah, baiklah. Mari lanjutkan membaca!
Pohon Literasi |
#GameLevel5 #Tantangan10Hari
Bandung, 090318