Judul : Whizz-Bang Winnie

Penulis : Laura Owen & Korky Paul
Pengalih bahasa : Utti Setiawati

Penyunting : Deesis Edith Mesiani

Penerbit : Bhuana Ilmu Populer

ISBN : 9789790746947

Tebal halaman : 95

Genre : Children Fiction Book

Winnie si Penyihir selalu bisa mengatasi situasi darurat!

Mencari Wilbur yang hilang, menyelamatkan pahlawan super, dan mengendalikan sapu terbangnya yang lepas landas di area balapan.

Winnie si Penyihir selalu punya cara tersendiri untuk mengatasi semua masalah yang menimpanya. Sekalipun solusi itu terkesan konyol namun Winnie mampu menyenangkan dirinya dan orang-orang di sekitarnya.

Winnie selalu ditemani oleh seekor kucing hitam bernama Wilbur. Kemanapun Winnie pergi, Wilbur pasti mengekor dibelakangnya. Saat Winnie memiliki ide untuk memecahkan masalah, Wilbur selalu menjadi yang pertama ia mintai pendapat. Meskipun Wilbur hanya menanggapinya dengan suara "Mrrow!".

Di dalam buku ini terdapat empat kisah yang bercerita tentang keseharian Winnie, diantaranya Winnie Kepanasan dan Marah, Winnie Menyiapkan Pesta Ulang Tahun, Winnie dan Hari Buku, serta Winnie Ikut Balapan.

Keempat cerita tersebut banyak mengisahkan bagaimana Winnie mengatasi kesulitan saat ia memiliki tanggungjawab tertentu. Tentunya, nggak semua hal yang Winnie lakukan berhasil. Tapi, Winnie punya sifat pantang menyerah. Jadi, walaupun ia sudah melakukan hal yang kurang tepat, Winnie tetap berusaha untuk memberikan solusi terbaik.

Kisah Winnie dan kucing hitamnya---Wilbur merupakan kisah yang sederhana dan mengangkat masalah sehari-hari yang biasanya dialami anak-anak. Tentu, untuk orang dewasa kayak saya, cerita si Winnie ini nggak begitu menarik namun bagi anak-anak usia SD yang sudah mahir membaca dan memahami bacaan, cerita Winnie si Penyihir ini pasti sangat menarik.

Ditambah ilustrasi yang mendukung alur cerita, semakin membuat buku ini terasa lengkap. Kalimatnya sederhana sehingga cocok banget jika dibaca untuk anak-anak. Hanya saja tokoh Winnie ini divisualkan sebagai orang dewasa (atau remaja ya? Tapi kayak orang dewasa sih) yang kayaknya terlalu 'konyol' kalo punya sikap kayak Winnie. Jadi, agak kurang ngerti aja alesan penulisnya kira-kira gimana, ya.

Menggunakan POV 3, kisah Winnie ini terdiri dari empat cerita pendek. Laura dan Korky pun menulis beberapa seri tentang kisahnya Winnie. Meskipun antara satu buku dengan buku lainnya nggak bersambung.

Covernya pun lumayan oke menurut saya. Hanya saja karena buku ini terjemahan jadi bahasanya kaku dan baku banget. Tapi setelah saya pikir-pikir. nggak masalah juga sih apalagi buat anak-anak yang lagi belajar berbahasa. Penting banget untuk mereka tahu bahasa baku.

Overall, Whizz-Bang Winnie bisa jadi buku bacaan anak-anak yang menarik. Selamat bertualang bersama Winnie dan Wilbur, ya!

Quotes

"Kurasa cerita dalam buku juga bisa menyihir." (Hal. 40)

"Maafkan aku, Mrs. Parmar. Kupikir kami sudah menyingkirkan semua hewan yang baru menetas sebelum Anda tiba." (Hal. 47)

"Pakai baju antariksa kalian, Anak-anak! Naik ke roket!" (Hal. 66)

"Jangan khawatir, kali ini aku ikut bersamamu! Dan aku tak kan menyihirnya cepat." (Hal. 85)

Cover : 4/5

Rating Whizz-Bang Winnie: 3.8/5

Oke, aliran rasa kali ini saya bener-bener pengen curhat. Eh, aliran rasa kan emang curhatan isinya, ya? Wkwk. Saya agak kecewa dengan diri sendiri saat menjalani tantangan level 6 ini. Yap, karena saya gagal dapet badge You're Excellent  atau Outstanding Performance karena saya kelupaan nulis laporan. Iye, kelupaan semalem dan bablas tidur baru inget begitu subuh-subuh ngecek WA dan bingo! Saya nggak nyetor laporan kemarin, wkwk.

Kalau nyari-nyari alaesan, ya banyak yaa yang bisa disalah-salahin. Hahaha. Mulai dari aktivitas yang rasa sibuk (padahal mah nggak juga, sih. Ini alibi) sampai hal sepele gegara ketiduran sambil nonton drama korea. Nah, saya yang terakhir itu. Jadi, di hari ke-6 dari tantangan level 6 ini dari abis maghrib saya maraton nonton salah satu drama korea yang memang seru banget menurut saya.

Salahnya, saya malah menunda ngerjain tantangan dan terlalu menyepelekan dengan bilang "Ah gampang 10 menit juga bisa selesai". Alhasil, yang tadinya sebelum maghrib udah inget mau ngerjain tantangan, eh begitu nonton udah kalap dan lupa deh mau ngerjain apaan. Hahaha. Tapi saya tetep bersyukur karena nggak terlalu diliputi rasa kecewa akibat telat nyetor tantangan.

Ya udah aja, nggak apa-apalah biar jadi pembelajaran buat saya kalau menyepelekan apa pun yang terlihat kecil atau sebentar itu : BIG NO! Mengerjakan tugas nggak harus menunda-nunda tapi kita yang mesti komitmen memilih waktu untuk mengerjakan tantangannya. Oke, segitu aja aliran rasa dari saya di level 6 dan dengan bangga saya menerima badge dasar untuk pertama kalinya. *tabur bunga-bungaan, wkkwk

Bagi saya, kosakata di dalam KBBI yang paling menarik dan jatuh ke hati adalah kata baca, tulis, dan buku. Tiga kata ini yang bikin mata saya melek dan hati saya tergugah untuk akhirnya menggerakkan jari jemari untuk menari dengan lincah di atas tuts keyboard laptop.

Hari jumat adalah sesi kulwap di WAG #ODOPfor99days, karena ini komunitas perempuan pecinta baca-tulis-buku-blogging jadi tamu yang hadir pun nggak jauh-jauh dari empat kosa kata tersebut. Yap, tamu yang mampir hari jumat lalu adalah teh Mira Humaira, penulis buku anak Little Muslim Jilid 3: Syahadat & Shalat terbitan Familia Kreativa.

Kira-kira selama kulwap ngobrolin apa aja, ya, sama teh Mira ini? Simak ulasan #JumatKulwapODOP bersama saya, karena ada tips menarik yang dibagikan teh Mira untuk para penulis pemula yang ingin menulis cerita anak.

Little Muslim adalah proyek buku anak pertama yang digarap oleh teh Mira Humaira bersama penerbit Familia Kreativa. Familia Kreativa adalah penerbit yang konsen menerbitkan buku edukatif untuk anak, tidak hanya berupa bacaan saja namun menyajikan worksheet yang dapat dikerjakan anak bersama orangtuanya. 

Little Muslim Jilid 3 : Syahadat & Shalat adalah workbook yang berisi aktivitas anak untuk mewarnai, menggambar, menghitung, mencocokkan, mencari perbedaan, dot to dot, maze, dan banyak lagi lainnya. Buku Little Muslim adalah sarana edukatif untuk mengenalkan nilai-nilai keislaman melalui berbagai aktivitas.

Tentunya, buku Little Muslim akan sangat membantu para orangtua dalam upaya menghadirkan home education di rumah masing-masing. Anak-anak dijamin nggak bakalan bosen karena kehabisan aktivitas. Hayo, lho, mulai ngiler sama bukunya nggak, sih? Saya yang belom nikah dan punya anak aja udah langsung berbinar gini. Hahaha.

Nah, ternyata buku Little Muslim yang ditulis teh Mira adalah seri terakhir dari dua buku sebelumnya, yaitu Little Muslim : Haji & Qurban dan Little Muslim : Shaum & Zakat. Hal lain yang menarik dari buku ini adalah kehadiran komik pendek, Asmaaul Husna, dan tuntunan shalat yang tentunya mudah dipahami untuk anak-anak.

Ini dia bagian yang paling dinantikan dalam sesi #JumatKulwapODOP, teh Mira mendapatkan tawaran langsung dari owner Familia Kreativa untuk menulis Little Muslim Jilid 3. Familia Kreativa sudah menerbitkan 10 buku anak yang sebelumnya ditulis oleh ownernya sendiri, yaitu pasangan suami-istri Kak Yanuar dan Teh Devi.

Ada cerita unik dibalik penulisan Little Muslim Jilid 3 ini. Menurut teh Mira, saat pertama kali ditawari untuk menulis buku Familia Kreativa, teh Mira langsung meng-iya-kan tanpa tahu terlebih dahulu buku seperti apa yang akan ditulisnya. Setelah bertemu langsung dengan pihak Familia Kreativa, barulah teh Mira tahu bahwa nantinya ia akan menulis buku Little Muslim dengan tema Syahadat & Shalat untuk anak usia 1-7 tahun.

Teh Mira dibebaskan untuk membuat kerangka cerita dan uraian isi dari buku Buku Little Muslim 3 dengan berpedoman dari buku Little Muslim sebelumnya. Meski sempat merasa deg-degan dan berat karena akan menulis buku anak bertema agama, teh Mira menuturkan jika proses riset dengan cara membaca banyak referensi dan menelaah buku pembanding, jauh lebih lama dibandingkan proses menulis naskahnya.

Apa sih bedanya workbook dan buku biasa? Menurut teh Mira, pembuatan workbook ini mirip dengan penggarapan picbook, dengan ciri  ilustrasi yang lebih dominan. Format penulisan naskahnya pun sama, terdiri dari no. halaman, teks, dan deskripsi ilustrasi.  Hanya di workbook, penulis harus lebih detil dalam mendeskripsikan ilustrasi untuk aktivitas yang dimaksudkan. Tentunya, konsep aktivitas harus sesuai dengan sasaran usia anak, yaitu 4 - 7 tahun.

Teh Mira yang sudah cukup berpengalaman dalam menulis buku anak, sebelumnya ia menulis tiga buku antologi anak bersama Wonderland Creative. Saat mengerjakan projek buku Little Muslim Jilid 3, teh Mira hanya fokus untuk menulis sementara urusan ilustrasi dikerjakan oleh orang lain yang sudah bekerjasama dengan pihak Familia Kreativa.

Umumnya, saat menulis buku untuk anak dengan dominan gambar ilustrasi memang penulis tidak perlu menyertakan gambar atau ilustrasi. Penulis cukup fokus saja pada penulisan naskahnya. Jadi, untuk menulis buku anak nggak usah terbebani dengan ketidakmampuan bikin gambar, ya.

Begitu juga dalam urusan biaya produksi atau penjualan buku, itu sepenuhnya diurus oleh Familia Kreativa. Asyik, ya, jadi penulis buku? Iya, asyik banget! Kalau buat teh Mira, proyek ini adalah ajang untuk latihan menulis agar lebih fokus. Urusan royalti yang akan diterima seberapa banyak dan bukunya laku atau nggak, bener-bener nggak terlalu dipikirin. Intinya, fokus untuk menulis dulu.

Urusan ilustrasi buku, biasanya ditentukan oleh penerbit karena penerbit punya selera dan ketentuan sendiri. Penulis sebenarnya bisa saja mengajukan ilustrator pilihannya, namun risikonya penulis harus bayar fee ilustrator di awal. Namun, jika ilustratornya dipilih oleh penerbit otomatis urusan fee menjadi tanggungjawab pihak penerbit.

Soal harga ilustrasi per halamannya sangatlah relatif, tergantung kesepakatan dengan ilustratornya. Tapi berhubung buku anak atau workbook lebih dominan dengan gambar tentu harganya bisa sangat tinggi. Kalau kata teh Mira sih, mantap banget kalau kita bisa ngegambar ilustrasinya dan nulis sendiri naskahnya.

1. Lakukan riset mendalam tentang tema yang diangkat, apalagi jika tema yang berkaitan dengan agama. Pastikan membaca banyak referensi dengan sumber yang jelas dan mengkajinya lewat buku-buku pembanding.
2. Sebelum menulis, pastikan kita tahu segmentasi pembaca. Karena penulis workbook harus membuat deskripsi ilustrasi sedetil mungkin maka jenis gambar yang cocok untuk usia pembaca 0-2 tahun, 3-5 tahun, sampai 6-8 tahun (pembaca pemula) tentulah akan berbeda. Termasuk dari pemilihan kata atau diksinya.
3. Untuk kasus teh Mira, ia menyerahkan draft pointer terlebih dahulu dan menunggu acc dari penerbit kemudian barulah menulis naskahnya.
4. Alokasikan waktu khusus untuk menulis. Untuk kasus teh Mira yang saat ini memiliki dua anak balita, ia baru benar-benar fokus untuk menulis di tengah malam saat kedua anaknya sudah tertidur lelap.
5. Penulis hanya fokus untuk menulis naskah, tidak perlu memikirkan biaya produksi atau penjualan buku karena ini sepenuhnya diatur oleh pihak penerbit. (Ini untuk kasusnya teh Mira, dan buku-buku yang lolos dipenerbit Mayor)

Profil Mira Humaira

Jadi, begini... saya sempat bertanya-tanya juga tentang kelanjutan naskah dari Parade Flash Fiction yang diselenggarakan oleh Komunitas #ODOPfor99days sekitar awal tahun 2017-an kalau nggak salah, ya... Terus ternyata saya dan penulis lainnya baru tahu kalau naskah kami diajukan ke penerbit mayor tapi sampai saat ini masih belum ada kepastian.

Akhirnya, berdasarkan kesepakatan bersama, para penulis akan menerbitkan buku Antologi Flash Fiction ini secara Indie... Yang artinya, kami sebagai penulis patungan untuk menertbitkan buku ini. Kami patungan sebesar Rp 50.000 ada sekitar 32 penulis berarti jumlah modal yang terkumpul sebesar Rp 1.600.000.

Jumlah segini akan digunakan untuk paket penerbitan sebesar Rp 450.000, Desain cover dan layout Rp 250.000, biaya ISBN Rp 100.000, dan sisanya akan dugunakan untuk membeli buku serta berbagai promosi plus giveaway. Ini pengalaman pertama saya gabung di buku antologi dan ngeluarin modal.

Sebelumnya saya pernah bergabung dengan proyek antologi tapi sama sekali nggak mengeluarkan uang karena sudah ada yang ngemodalin. Agak deg-degan sebenernya karena bisa balik modal kah? Hahaha. Trus agak ragu-ragu sebenernya karena di buku antologi itu hanya memuat dua cerpen FF saya. Tapi pada akhirnya, saya tetep mendukung proyek ini dan ingin buku ini bisa terbit.

Doakan semoga prosesnya lancar, ya!

#Tantangan10Hari #Level6

Saya pikir, waktu menjadi salah satu hal penting bagi kehidupan manusia. Manusia mana bisa hidup tanpa memperhitungkan waktunya. Mulai dari waktu ia bangun sampai waktu ia tidur kembali. Begitu pun dengan saya pribadi, saya punya hitungan sendiri untuk waktu 24 jam yang saya miliki. 

Beberapa hari terakhir ini saya lagi sering ngumpul dengan komunitas Pemudi Banjaran. Bukan apa-apa sih selain bisa banyak belajar, saya juga punya tanggungjawab sebagai pengurus di sana. Jadi, selama waktu itu nggak ganggu jadwal saya yang lainnya, maka saya bisa dateng seperti hari ini.

Hari ini ada acara pengajian rutin di Pemudi Banjaran. Ya, saya ikutin karena memang punya keleluasaan waktu. Nah, sayangnya hari Minggu ada acara Pemudi lagi tapi lokasinya agak jauh yaitu di Kalipah Apo, Bandung. Saya agak keberatan dateng ke sana, maka saya menolak dengan halus.

Ngerasa nggak enak nggak sih kalau nolak tugas? Nggak boleh. Hal ini yang bikin kita jadi lemah hati dan orang bisa semena-mena sama kita. Prinsipnya kalau saya pribadi, waktu kita bener-bener berharga. 

Dalam hidup ini kita punya hal yang menjadi prioritas dan hal yang bisa dinomorduakan. Saya merasa sudah berkontribusi dua harian ini untuk Pemudi Banjaran, jadi saya merasa cukup dan untuk hari minggu, saya pengen istirahat dulu dengan melakukan hal-hal yang saya sukai. Ini jadi hak saya boleh dong?

#Tantangan10Hari #Level6

Jadi, sudah sejak awal tahun ini saya ngantor di rumah Emak (nenek) saya. Rumahnya cuma beda beberapa blok dari lokasi rumah saya. Asyiknya, rumah ini dilengkapi dengan fasilitas internet dan tv kabel. Penghuni rumah ini adalah paman saya yang sekarang berdomisili di Jakarta karena dia kerja di sana. Alhasil, rumah Emak kosong nggak ada yag nempatin.

Maka, di sinilah saya... Kalau lagi pengen sendiri, rumah ini jadi semacam goa yang nyaman. Mau kerja bisa, mau ngopi bisa, mau tiduran bisa, mau nonton bisa, dan berbagai hal yang nggak akan menghabiskan energi saya untuk ketemu dengan banyak orang. Hahaha.

Udah beberapa hari ini saya belum sempet beberes rumah Emak. Debu udah nempel di mana-mana dan bikin nggak nyaman. Hari ini meskipun agak males-malesan, saya mengalokasikan 1 jam untuk beberes rumah. Mulai dari mungutin sampah di jalan depan rumah, nyiram tanaman, nyapu, sampe ngepel lantai. 

Saya baru ngerasain, sih, ternyata kalau kita fokus ngerjain sesuatu pasti bakalan cepet selesai. Sesi beberes saya hanya berlangsung sekitar 40 menitan. Terbilang cepat, kan? Padahal saya kira bakalan nyampe 1 jam. Kandang waktu kayak gini akan selalu memudahkan dalam beraktivitas. Tentunya lebih efisien juga. Mantap!

#Tantangan10Hari #Level6

Sejujurnya, saya masih sering keteteran soal ngatur waktu untuk kerjaan, komunitas, dan me time. Seringkali saya bisa kerja terus-terusan tiap waktu tanpa ada me time atau seringkali saya malah terlalu fokus sama urusan komunitas yang akhirnya ketika hal-hal tersebut selesai saya berasa kecolongan waktu dan sellau merasa nggak cukup 24 jam sehari ini.

Contohnya kayak kemarin malam, dari siang sampe sore saya ada kegiatan komunitas dan hanya seuprit ngerjain proyekan. Pulang sorenya, saya tetiba pengen me time dulu lah sambil makan Mie Samyang Korea. Me time saya dengan cara nonton drama korea. Alhasil apa coba? Karena nggak punya batas waktu, saya kebablasan nonton drama korea sampe tengah malam dan ketiduran.

Yang ngenesnya, saya kelupaan setor tulisan untuk Game Level 6, Bhahhaha. Ya udah deh, baru tadi pagi saya setor dan impian buat dateng you're excelent atau outstanding performance di level ini gagal total. Tapi dari sini saya jadi belajar sih untuk punya kandang waktu yang jelas. Nah, barulah saya kepikiran tentang teknik pomodoro yang katanya bisa memaksimalkan waktu yang kita miliki agar lebih efektif.

Pomodoro adalah sebuah teknik belajar berdasarkan time management yang diciptakan oleh Francesco Cirillo. Dulu, ketika dia awal-awal kuliah pada akhir tahun 1980, Francesco susah fokus belajar, sampai akhirnya dia menyadari bahwa dia harus belajar dengan interval waktu tertentu—dan diselingi oleh waktu istirahat—agar kondisi fisik maupun psikisnya bisa di-refresh.

Pagi tadi saya coba teknik pomodoro ini buat nge-research content. Saya menggunakan interval 25 menit untuk bekerja dan 5 menit untuk break (bener-bener nggak ngelakuin apa-apa ini, saya sih cuma tiduran atau rebahan aja). Hasilnya menakjubkan, ya! Ternyata saya hanya membutuhkan waktu empat kali pomodoro yang totalnya 50 menit untuk menyelesaikan satu konten! Wuahhh, keren. Saya bulatkan jadi 1 jam karena 10 menit lagi digunakan untuk istirahat.

Ah, teknik pomodoro ini ngebantu banget untuk bikin kerjaan saya teratur.