Presentasi dan diskusi di level 11 masih berlanjut. Malam ini giliran kelompok 5 yang mempresentasikan tentang Fitrah Seksualitas dan Peranan Media. Sepertinya akan mengulas tentang bagaimana media mengungkap atau membahas tentang fitrah seksualitas, ya. Oke langsung aja hasil review-nya.
Review Materi Kelompok 5
Kata seksualitas merujuk pada hal-hal yang meliputi identitas seorang manusia mulai dari cara berpikir, bersikap, sampai atribut yang mereka pakai yang tentunya menyatakan laki-laki dan perempuan. Dengan adanya kejelasan tentang laki-laki atau perempuan, manusia dan lingkungan tempatnya berinteraksi tentu dapat bersikap atau memperlakukan layaknya identitas mereka.
Sejatinya, fitrah seksualitas berkembang seiring dengan bertambahnya usia manusia dan tentu berkembang secara alami. Nah, ada satu faktor yang turut memberikan peranan dalam mengubah seseorang atau pribadi seorang manusia yaitu lingkungan tempatnya bertumbuh dan hidup.
Media visual, media audio, dan media audio visual turut menjadi bagian dari pengaruh yang tidak dapat dinafikan dalam kehidupan manusia. Apalagi media dapat membuat muatan atau konten-konten yang seringkali sulit dibendung.
Tahu, kan, fenomena sinetron dan FTV yang menjamur di tv nasional serta menggambarkan kekerasan, drama rumah tangga yang tidak harmonis, sampai anak-anak/remaja yang kurang berbudi pekerti ikut memberikan pengaruh yang negatif terutama untuk usia anak-anak. Anak yang dicekoki nontonan nggak bermutu gini, mana mungkin tidak terpengaruh perkembangan dan fitrah seksualitasnya?
Mirisnya, media berupa televisi terutama (karena yang paling sering dinilmati saat waktu santai biasanya televisi) dapat menjadi suatu yang aneh menjadi tren dan orang-orang kemudian menganggapnya adalah hal biasa. Contohnya, anak laki-laki memakai lipstik, atau lain-lain. Ini tentunya mengerikan.
Lagi, orangtua menjadi benteng utama untuk meng-guide setiap tontonan anak. Tentunya, orangtua pun wajib tahu dan terdidik untuk bijak memilih tontonan keluarga yang memang sesuai dengan usia anak-anak. Jangan sampai Ibunya larang-larang nonton sinetron ke anaknya, ehhhh... dianya sendiri malahan asyik nonton sinetron tersebut. Kan, nggak nyambung dong.
Insight dari Materi Kelompok 5
Hal utama yang saya garis bawahi adalah orangtua tuh udah harga mati banget untuk belajar ilmu parenting sehingga mereka tahu mana tontonan yang edukatif mana yang nggak. Saya miris aja, sih, dengan fenomena yang nggak jauh dari tempat tinggal saya.
Saya tinggal di lingkungan dengan kondisi keluarga menengah ke bawah. Suasananya semi-kota sebenernya, tapi ya gitu orang-orangnya terutama ibu-ibunya masih belum bisa memilih tayangan bijak untuk anak-anaknya. Malahan dia sendiri nonton sinetron yang nggak berpendiidkan.
Miris, kan, jadinya... Padahal mendidik generasi milenial nggak sama dengan mendidik generasi 90-an. Orangtua wajib melek media. Wajib tahu aktivitas apa yang sedang anak tonton, anak lakukan di warnet, dan permainan yang mereka mainkan di smartphone.
So, kesimpulan yang sama dengan postingan sebelumnya.... Jadi orangtua itu nggak mudah, harus terus belajar dan terus belajar karena jadi orangtua nggak ada sekolah formalnya.
Bandung, 240918